Gemes melihat ketidak pantasan

Siapa yang pernah menggunakan pompa angin?. Sebagian mungkin ada yang pernah menggunakannya. Ada juga yang belum pernah menggunakannya sama sekali. Berlaku bagi mereka yang memilih memanfaatkan jasa bengkel-bengkel terdekat untuk menambah angin ban sepeda pancal atau motornya.

Jika ada yang tanya saya (anggap saja ada)?, saya akan jawab pernah. Malah sering, dalam artian kalau sepeda saya kurang angin/kempes. Karena saya dulu sekolah menggunakan sepeda pancal. Mulai dari SD sampai SMP kelas dua, semester dua. Setelah itu saya pindah ke SMP lain, dan sejak itu juga sudah dipercayai naik motor.

Faktor lain, dikarenakan Mbah Kakung saya punya satu unit pompa angin mini. Kepemilikan pompa itu sangat banyak membantu dan memudahkan saya dalam memompa ban sepeda pancal yang kempes. Secara luas, juga banyak dipergunakan tegangga dan masyarakat sekitar di desa tempat saya tinggal. Bahkan tak jarang orang barupun juga ada yang menggunakannya. Dikarnanakan keberadannya sudah terdengar dari mulut ke mulut.

 
*) Ini dia pompa anginnya

Iyah, itu pompa angin yang sekarang. Kalau tidak salah hitung, itu sudah masuk generasi ketiga (setahu saya). Pertama kali punya pompa yang biasa. Tapi nasib pompa yang pertama gak berselang lama, lalu hilang. Kalau yang kedua, kurang tahu. Entahlah, kemana pompa yang sebelumnya berada. Mungkin masuk rongsokan atau barangkali sudah dikiloin sama Mbah :D.

Pompamnya berbeda dari yang sekarang itu. Sebelumnya tanpa dilengkapi indikator pembaca tekanan. Kalau digunakan juga membutuhkan tenanga lebih, agak berat pula. Sedangkan yang sekarang terasa jauh lebih ringan, pun penggunaannya lebih efektif. Karena tekanan anginnya lebih besar. Bisa dilihat dari tabung indikatornya yang maksimum bisa mencapa 100psi.

Well, kali ini saya tidak akan mereview pompa ataupun sampai merekomendasikannya. Tidak akan, ini bukan kain batik yak, hhehe. Hanya ingin sedikit cerita kejadian yang tadi sore saya lihat dengan mata kepala sendiri. Sesuatu yang membuat mata hati saya miris melihatnya. Kenapa harus begitu, yah?

Jadi begini..
Sore tadi sekitar pukul 15.40 WIB, saya melihat mbah Putri menenteng pompa angin ke luar rumah. Saya tak terlalu memikirkan. Karena seringkali ada tetangga kami yang memerlukan dan memimjamnya. Ternyata memang benar, ketika saya melihat ke arah luar. Terlihat sepasang suami isrti berada di samping motor yang mereka bawa. Tapi saya tidak mengenal keduanya.

Lah, salahkah mereka meminjam, Cho?, oh tidak, jelas tidak ada yang salah. Lalu, ada yang aneh?, ADA. Iyah, anehnya kenapa yang memompa ban motornya si Ibu, bukan suaminya?. Kok enak sekali yah, si suami hanya mengambil bagian memasang dan megang switch penekannya saja. Sementara beban paling berat harus dilimpahkan kepada istrinya.

Memang sih gak terlalu berat. Tapi jika dilakukan berulang akan menguras tenaga juga. Apalagi usia Ibu itu tak lagi muda. Saya perkirakan mungkin beliau sudah berusia kurang lebih 45 tahun. Sementara suaminya berusia tak jauh beda. Dengan rentan usia yang tak terlalu jauh. Entah kenapa bapak itu seakan kalah tenaga sama istrinya?

Baiklah, saya coba berfikir positif. Mungkin suaminya kelelahan?, tidak. Dari raut wajahnya sama sekali tidak terlihat kelelahan. Em, atau mungkin beliau habis operasi sesar?, oh maaf, maksud saya mungkin habis operasi usus buntu atau kencing batu?. Entahlah, saya melihatnya dia sehat bugar dengan stamina cukup fit. Dari pergerakan dan tegap tubuhnya masih sanggup mematahkan kemungkinan yang ada.

Asli, saya gak habis pikir melihatnya. Come on, Pak. Bapak itu laki-laki loh!. Mbok yah kok tega membiarkan istrinya mompa Ban sendiri. Ya ampun, saya benar-benar gak tega melihatnya. Dengan sekuat tenaga ibu itu menekan gagang pompannya. Hembusan nafas kuat terlihat dari mulutnya. Nampak sekali beliau ngos-ngosan meski beberapa pompaan saja.

Selesai Ban belakang, selanjutnya Ban depanpun ikut dipompa. Oh guys, saya sempat mengira akan digantikan oleh suaminya. Tapi TIDAK, saya salah. Lagi-lagi Ibu itu harus mengeluarkan tenaganya untuk mengulangi pompaan yang sama melelahkannya. Jujur saya salut, Ibu itu tidak meminta digantikan ke suaminya. Mungkin perintah di awal dari suaminya sudah cukup baginya.

Iyah, dengan mudahnya bapak itu kembali lagi membiarkan istrinya bekerja keras sendiri. Sementara dia hanya mengeluarkan (maaf) ludah untuk menutup lobang pentil Bannya saja. Jauh berbeda dengan istrinya yang tak hanya mengeluarkan tenanganya, tapi juga keringat lelah selama memompa ban depan belakang motornya.

Pantaskah seperti itu?. Padahal laki-laki secara alamiah rata-rata memiliki 50% tenaga kasar lebih banyak daripada wanita.  Saya juga pernah membaca buku mengenai etika pergaulan dan berkomonikasi. Tapi lupa judul dan pengarangnya. Dulu bacanya di Perpus Kota (Puskot) Malang. Bagaimana cara memperlakukan perempuan. Dalam berbagai kondisi, sebagai laki-laki harus mengambil peran paling besar.

Seperti sendang jalan kaki berdua di pinggir jalan. Posisi perempuan berada di sebelah kiri laki-lakinya. Begitu juga kalau ingin menyebrang posisi laki-laki – selain menggandengan tangannya (suami-isteri) –harus berada pada arah kendaraan datang (satu arah). Kalau yang dua arah sekaligus, dikondisikan. Posisikan perempuan berada di arus kendaraan yang tak terlalu padat. Intinya sebagai laki-laki menjaga sepenuhnya dan pasang badan untuk perempuan.

Kondisi lain, ketika mengankut barang juga berlaku sama. Laki-laki harus berandil besar dan mengambil porsi terberat. Jangan sampai membiarkan wanita terpontang-panting sendiri. Apapun itu, selama masih bisa dilakukan sendiri (laki-laki) seyogyanya tidak membebani perempuan. Jadi tidak lantas semau dan seenaknya sendiri saja.

***
Tadinya saya mau ambil gambar mereka. Biar lebih tergambarkan jelas, tapi bukan bermaksud mempermalukan beliau, tidak. Tetap akan saya sensor mukanya. Tapi saya gak sempat ngambil kamera. Hanya terpaku melihat kejadian itu. Batin saya berkata, kalau saja bapak itu seusia dengan saya, akan saya ambil pompanya. Sungguh, gak tega!.

Oh iyah, maaf. Ini hanya unek-unek saya saja. Gemes melihat ketidak pantasan di depan mata. Hal-hal yang sepele yang masih ditemui di sekitar. Lebih dari itu sebagai pengingat diri. Di mana saya terlahir dengan kondrat sebagai laki-laki. Mudah-mudahan bisa mengontrol ego dan menghilangkan ketidak pedulian diri.

*) Ngomong-ngomong, apakah Anda pernah memilat ketidak pantasan yang terjadi di sekitar?
Hai, sudah baca yang ini?

51 Komentar. Tambahkan juga komentarmu »

  1. Apapun itu, selama masih bisa dilakukan sendiri (laki-laki) seyogyangnya tidak membenani perempuan. Jadi tidak lantas semau dan seenaknya sendiri saja.

    Saya suka ungkapan ini mas.
    Mencerminkan sekali kalau laki-laki memang harus menghargai dan menghormati wanita. Sebenarnya bukan hanya dalam urusan beginian mas., bukan hanya kasus pengompaan ban ini.
    Semisal, sempat waktu itu saya melihat ada dua orang yang memang sudah renta dan mungkin mereka suami istri sedang ngantre di bank, yang duduk dengan santai dikursi customer malah si bapak, sedangkan si ibu berdiri dan keliatan sekali pada raut wajahnya bahwa ia kelelahan..
    Dan mungkin akan banyak lagi yang lainnya..

    Salam..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyah, mas. mendahulukan kepentingan perempuannya.
      Wah gitu, kasihan juga ibu itu. mengenai kursi, saya terakhir punya cerita juga. ketika itu saya lagi di warnet (hard c*re). nah lantai bawah berupa sofa mini, dan cukup dua orang sekaligus. tapi di lantai dua dan tiganya masing-masing hanya ada satu kursi, cuman tetap disediakan bagi yang membutuhkan.

      Nah, pas depan kami (saya dan teman) ada pemuda dan ibu-ibu (sepertinya beliau ibunya sendiri dan dari penampilan seperti dosen) ngenet juga. tapi yang ibu berdiri, yang anaknya duduk. entah mungkin baru pertama ke sana, dan juga anak itu gak mengambilkan kursi yang padahal disediakan (dekat tangga). melihat itu saya kemudian mengambilkan kursi untuk beliau dan sempat bilang "oh, makasih. sudah hampir selesai, mas", sambil senyum ibunya, seolah membuat situasi santai. eh tapi luaamaaa saya makai dan belum mereka juga belum selesai menggunakan internetnya. tapi puji syukur, kursi itu jadi membantu kenyamanan ibu tadi.

      Kasus lainnya iya masih banyak terlihat, mas. bermacam situasi dan alasannya yah. salam :)

      Hapus
  2. Hehehe, kenapa mas Richo tidak membantu pasangan suami-istri itu dengan menggantikan mereka memompa? Setidaknya kalau mas Richo melihat ada keganjilan seperti yang mereka lakukan, mas Richo sekiranya bisa menghampiri mereka untuk memastikan keganjilan tersebut. Jangan-jangan, antara pentil ban dan katup pompanya tidak pas jadi tidak bisa terkunci. Kebetulan si Bapak bisa menyeimbangkannya sehingga angin dari pompa bisa menggembungkan ban dengan sempurna?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sempat terbesit melakukan langkah itu, mas. tapi ada perasaan sungkan yang membuat saya tidak enak melakukannya. saya juga tidak melihat pada saat di awal-awal, entah ibunya ada kesulitan memasang katup pompannya, atau tidak. sepandangan saya sudah melihat ibu itu memompa di samping kiri motornya. terakhir saya menggunakan pompa itu tanggal 19 kemarin, sebelum berangkat mencari kain batik. pertama saya mendapat bagian memasang dan memegangnya. sedangkan yang memompa sepupu saya, Anggik (hanya ban depan, giliran saya yang memompa). sejauh itu saya memasang untuk ban belakang tidak mengalami kesulitan, dudukannya terbilang klop dan tidak perlu ribet mengatur posisinya yang pas, mas. switch penekannya ada dua macam.

      Tapi seperti yang mas utarakan, mungkin juga situasi awalnya seperti itu. adanya kesulitan ibu dalam memegang posisi yang pas. dan benar, mas. alangkah baiknnya jika saya melakukan seperti halnya yang mas katakan. beranikan diri untuk membantu tanpa khuwatir terlihat ngebuat suaminya ngerasa keliru (jika tidak ada kesulitan), hhe. terima kasih pendapat baiknya :)

      Hapus
  3. Mungkin bisa jadi si istri emang udah jago 'mompa'. iykwim :3

    BalasHapus
  4. Ehm.. Memang banyak sih yang melihat bahwa laki-laki sebagai makhluk superior. Begitupun aku, ngebaca situasi kayak gini kok ya ngerasa ngga pantes tenan kalo hanya ibu itu yang memompa angin. Dan sebagai perempuan aku akan menawarkan diri untuk mompa ban kereta mereka. Kalo bapak itu punya wibawa, pasti ngerasa malu atau sungkan dan malah dia yang mompa bannya. Hihihi.. Pernah kejadian kayak gini soalnya, tapi ban sepeda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyah, mbak. bicara kepantasan, menurut saya situasai di atas terlihat tidak pantas. iyah mbak Beb, benar, kalau ambil peran membantu bisa meringankan ibu tadi. saya hanya merasa tidak enak, tiba-tiba datang menghampiri dan menawarkan tenaga untuk memompa. kalau bapak yang saya lihat, santai sekali, hanya serius memegang, sekalipun gak pernah melihat raut wajah istrinya yang kelelahan.hhehe, gitu yah, gak mengenakkan kalau melehat pekerjaan yang mestinya bisa dilakukan oleh laki-lakinya yah.

      Hapus
  5. tapi untunglah si istri kuat dan bisa melakukannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Puji syukur bisa om Joe. meski beliau harus bersusah payah mengeluarkan tenaga lembutnya untuk memompa kedua bannya.

      Hapus
  6. istrinya jago mompa ya mas :v hihii

    oiya blog ini udh sya follow

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beliau mendadak jago mbak Dwi, hhe.
      Terima kasih yah :)

      Hapus
  7. Sepertinya mas richoku mau gantiin ni <? mungkin suaminya lagi sakit pada selakangannya mas jadi gak bisa gantikan... kalo mau enak tinggal bawa aja ke bengkel terdekat... sumpah jarang sekaliliat cewek mompa hehehe biasanya cowok ya....

    Ijin follow blognya... kalomau follow back ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau ketemu pasangan ini lagi, saya bantu, mas, hhehe. em, bisa jadi seperti itu yah. lebih gampangnya seperti itu, tinggal pakai compressor, hhe. mangkanya, saya jadi ngerasa gimana gitu, mas, gak tega.

      Monggo, terima kasih yah. nanti meluncur ke TKP :)

      Hapus
  8. Tapi istri2/perempuan sekarang jauh elbih canggih dari lelaki, perna gw liat sepasang suami istri, yg istri nya malah nyetir mobil dan suami nya duduk disebelahnya :-(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus kalau seperti itu, mas. maksudnya yang dilakukan tidak terlalu melelahkan. yang tidak mengenakkan kalau melakukan hal berat, kasihan. yang mestinya dilakukan oleh suami tapi dibebankan ke istri.

      Hapus
  9. mungkin blom ada yg negur si suami,, ato sang suami lg menghukum si istri..!..bisa juga si isteri lg latihan..biyar cepat kurusan..lihat dr sisi positipnya aj lah..:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Entah seperti apa yang sebenarnya mereka sepakati, mas. saya melihatnya ada yang kurang pantas, mungkin jika dilihat dari sisi positf, apapun jadi terlihat wajar :)

      Hapus
  10. Hmmm... sebaik2 laki-laki adalah yang paling baik kepada keluarganya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyah, Bunda. setujuu sekali dan bagamana ia memperlakukannya :)

      Hapus
  11. Syukurlah Richo mengetahui bagaimana seharusnya :)

    Kalo liat wajah ibu itu, bagaimana, ikhlas, gak?
    Mudah2an saja ikhlas. Kalo keliatannya ikhlas, berarti kemungkinan si bapak tidak bisa melakukan gerakan yang dilakukan ketika memompa. Misalnya menunduk terlalu lama. Misalnya .. soalnya saya gak liat kejadiannya. Bisa jadi ada sesuatu yang sedang terjadi di badan si bapak sampai2 istrinya ikhlas saja melakukannya.

    Tapi saya salut lho, Richo begitu pengertian sama yang seperti ini. Insya Allah nanti istrinya bakal bahagia :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. InsyaAllah akan lebih peka, Bun:)

      Sepenglihatan saya, raut lelah saja, gak tahu dalam hati meski lelah entah ikhlas atau tidak. kalau dibandingkan megang gagang pompa dan jongkok (megang switch) sama. terlepas dari itu, mungkin juga ada sesuatu alasan mendaras, seperti juga dugaan Bunda.

      Amin, Bun. saya anggap itu sebuah doanya. terima kasih yah, Bunda:)

      Hapus
  12. seharusnya malu ya kalau laki seperti itu :)
    nice share gan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau laki-lakinya tak memiliki alasan tidak bisa melakukan, iyah malu, mas Irvan :). terima kasih.

      Hapus
    2. Sebagai pengingat untuk laki-laki, lebih dari itu untuk saya sendiri, mas:)

      Hapus
  13. Dulu sama kakakku aku begitu mas... karena emang kadang susah meganginnya karena ngowos terus. Gak ada angin yang masuk. Nah.... yang bisa kakak. Aku kebagian mompa deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh begitu yah, mbak Nunu. tapi saya bisa berpendapat kalau katup pompa yang ini tidak perlu dipegang, mudah, tinggal nancap tanpa perlu dipegang bisa, mbak Nunu :). saya sendiri sudah memastikan, dan sayapun semalam tanya ke Anggik, pun jawabnya sama. tidak ada kesulitan dalam penggunaan pompa itu. beda lagi dengan pompa yang Embah miliki sebelumnya, mbak. perlu dipegang terus dan harus pas ke dudukannya.

      Hapus
  14. aku dan suami penggemar sepedaan, hampir tiap hari deh gowesnya, terus biasanya aku terima beres kalau ban sepedaku ku kurang angin, suamiku yg mompa deh , jadi jarang aku mompa sendiri :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, kalau mbak Ely gak diragukan lagi, suka bersepeda, mana pemandangannya yang dilalui keren-keren, hhehe. oh gitu, mestinya begitu yah, mbak. tidak dibebankan ke perempuannya :)

      Hapus
  15. Mungkin sudah kemauan istrinya Mas, bisa dibuat diet..hehe

    BalasHapus
  16. Duh, istrinya super, suaminya nggak... heu :D. Memang tak jarang hal-hal disekitar dirasa tak pantas, & akhirnya sebagai blogger bisa jadi reporter dadakan, hehe... Seyogyanya laki-laki berpengertian untuk urusan etika terhadap wanita ini. Ungkapan "ladies first" bukan malah diarahkan jadi suruh mompa duluan :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Istrinya jadi terlihat lebih kuat, hehe. iyah masih bisa ditemui di beberapa kasus, mbak. setidaknya sebagai tegoran dan pengingat ke diri sendiri, hhehe. iyah, mbak, kalau uangkapan itu tidak tepat jika dijadikan alasan untuk hal seperti ini :)

      Hapus
  17. mungkin suaminya mulai lelaaah hehe

    kadang karena ngerasa istri bisa ngerjain sendiri suaminya jadi gak peka dan malah keenakan yak , hadeuuhh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya amati tidak terlihat lelah beliau, mbak:D
      Kalau begitu bahaya, kasihan sama istrinya. dan kalau dibiarkan lama-lama, semakin terbiasa.

      Hapus
  18. Wah, harusnya sih si Bapak malu....

    Begitupun kalau lagi jalan bersama perempuan, dan kemudian ada pintu. Alangkah baiknya bila kita laki-laki membukakan pintu untuk perempuan itu dan membiarkannya jalan duluan, hehe....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau beliau gak memiliki alasan, mestinya seperti yang mas katakan :)

      Waha, iyah, benar. seksi sekali kalau laki-laki gagahpun dan berpengaruhpun, tapi tetap memperlakukan perempuan dengan penuh hormat dan tak semena-mena. he.

      Hapus
  19. Iya, memang sewajarnya kalau yang mengerjakan tugas seperti itu laki-laki. Tapi sebelum aku tahu apa yang benar-benar melatarbelakangi si bapak itu membiarkan istrinya yang bekerja, ya aku gak bisa berkomentar apa-apa. Selalu ada kemungkinan, mungkin si bapak ada kelainan tulang belakang yang bikin dia gak bisa push terlalu kencang :) Atau malah istrinya lagi ngidam pengen cobain pompa ban? Hehehe. Siapa tahu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyah, mbak. masih ada kemungkinan lain yang melatar belakangi. mudah-mudahan dugaan saya tidak benar. sebatas pandangan saya seperti itu. satu hal yang pasti, tidak ada kesulitan untuk switch dan pentil bannya, soalnya tanpa dipegangpun tetap bisa digunakan. karena sudah pernah saya buktikan sendiri.

      Hapus
  20. Betul tuh Mas Richo. Mestinya difoto, sayangnya pas enggak bawa ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya ada, mas. tinggal ngambil di kamar. tapi lebih banyak teralihkan melihat kejadian itu, jadi ketinggalan momen.

      Hapus
  21. dasar cowok *eh maksudnya bapak-bapak...

    dia pasti bapak-bapak yang lemah dan letoy, atau dia sebenarnya laki-laki tomboi?
    kalau enggak ya pasti istrinya adalah mantan atlet binaraga, kan ada emnsipasi wanita sekarang. hahaha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, entahlah, mas. terlepas dari adanya dugaan yang melatar belakangi bapak itu tidak bisa memompa. mudah-mudahan ada alasan yang tak saya ketahui.

      Hapus
  22. Ngga panteesss...
    ih bapaknya kok gitu ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Melihat kejadian itu memang tidak sepantasnya, mbak. atau ada dugaan lain seperti yang telah sahabat-sahabat sebutkan.

      Hapus