Pernah dengar Bintitan?.
Kalau daerah saya, di Madura, masyarakat sana menyebutnya dengan Bintelen, ada
juga yang bilang Semsem. Di Jawa seperti Malang disebut Timbilen, sedangkan di
Sunda dikenal dengan sebutan Turuwisen. Atau kalau mau lebih keren sebut saja Stye, biar terdengar internasional,
hihi. Apapun sebutannya, bintitan
sendiri berupa benjolan kecil yang terletak di pinggir
kelopak mata yang kerap
disertai rasa gatal dan nyeri, yang kemudian dapat bertambah besar layaknya
bisul.
Penyebabnya beragam, ada
yang bilang karena suka ngintip orang mandi, ada yang tidak sengaja lihat orang
kencing, ada yang tidak tahan makan telur, ada juga karena berjanji tapi tidak
ditepati, ada pula lantaran memberi sesuatu yang kemudian diminta kembali, dan
lain sebagainya. Kalau di daerah saya seperti yang terakhir itu, memberi lalu
diminta kembali. Di setiap daerah mempunyai anggapan yang berbeda dan ada juga
yang serupa. Itu hanya sebagian kecil, dari hasil surve saya kepada teman-teman
yang berbeda daerah.
Ok, kenapa saya tiba-tiba
membahas ini?. Bukan, bukan karena saya mengerti, justeru tidak. Alasan utama karena
saya sedang mengalami sakit itu, hhihihi. Iyah, sudah hampir seminggu semenjak
kemunculan bintik kecil di kelopak mata sebelah kanan saya. Selang beberapa
hari, mulai mengecil merata dan nyaris saja nyembuh. Tapi dua hari ini nampak
lagi benjolannya, dan ukurannya malah semakin membesar. Seingat saya dulu juga
pernah begini, entah ini yang keberapa kalinya, lupa :D.
Tapi dari beberapa kondisi
yang pernah saya alami, sepertinya ini yang bisa dibilang paling ‘waw’ dari segi
ukurannya. Tak ayal membuat saya cukup terganggu dengan keberadaannya. Selain
terasa sakit saat berkedip, adanya rasa yang mengganjal di mata saya itu, sungguh
gak mengenakkan. Tadinya saya mau menyertakan foto kondisi mata saya, sudah
saya jepret. Tapi setelah dipertimbangkan, saya gak ingin ‘pamer’ kok, hhaha :P
*kabuuur..
Mungkin ada dari kalian yang
sudah mulai bertanya-tanya dalam hati. Termasuk dalam golongan mana saya ini.
Apakah karena suka ngintip orang mandi?, kepengen makan telur?, ingkar janji?
dan seterusnya. Anggapan pertama yang muncul tentu sesuai kepercayaan di daerah
kalian masing-masing. Bisa juga hanya sebagai lelucon dengan menyebutkan
anggapan yang diketahuinya. Baiklah, tanpa menghindari pertanya yang ada,
mungkin saya akan jawab dengan mendekati satu kondisi yang ada.
Sekarang gini, kalau saya
ambil yang pertama, yaitu “suka ngintip orang mandi”. Katakanlah (misalnya yah,
catat: misal) saya suka ngintip orang mandi. Tapi perlu diketahui dulu loh,
saya terakhir pulang kampung itu akhir bulan November 2013, dan kembali berada
di Malang pada tanggal 10 Desember 2013. Apa hubungannya?, jadi hitungan kasar
saya tidak pulang sampai postingan ini terbit, sudah hampir dua bulan lamanya.
Mulai dari 10 Desember 2013 sampai dengan 02 Februari 2014. Iyah Cho, apa
hubungannya? Hhaha gak ada, curhat saja :P .
Nggak! Gini-gini, semua
berkaitan. Berarti selama itu saya berada di kosan, bukan?. Masak iyah, saya
ngintipin teman-teman kos mandi?. Di mana penghuninya cowok semua. Apakah masih
ada kemungkin saya mengintip mereka mandi?. Come
on, mereka cowok tulen semua loh, asli. Selera saya gak seburuk itu kali:P.
Terus, gimana dengan mengintip ibu kos atau anak perempuannya dan tetangga kos?.
Ok, pertama, kosan saya
tidak serumah dengan pemilik kos, hanya diwakili oleh satu penjaga saja. Kedua,
jangankan ngintip, main ke salah satu rumah tetangga yang dekat kos saja saya
belum pernah. Terus, bagaimana dengan penyebab lainnya?. Wah-wah, tentu gak mungkin
saya bantah satu persatu kan. Membuat kondisi tadi saja saya geli sendiri nulisnya.
Ngintip, oh tidaaaaaaak!!.
Pada intinya gini, tak
bisa pungkiri memang ada berbagai mitos yang beredar di masyarakat kita.
Sayapun masih ingat semasa duduk di bangku Sekolah Dasar, dengan usia dan
pemikiran ala anak SD. Saya sendiri juga pernah termakan dengan salah satu mitos
tersebut. Menjadikannya seolah-olah ada sebuah kekeliruan yang telah saya
perbuat kala itu, ketika bintitan tanpa diminta menghiasi kelopak mata ini. Namanya
juga anak kecil, saya dulu dengan polosnya merasa diri ini melakukan hal yang
dimaksud. *korban mitos
*) Ilustrasi gambar dari sini
Percaya atau tidak, semua
itu cukup mengganggu dalam keseharian kita. Yang berdampak pada menurunnya rasa
percaya diri sehingga enggan untuk ke luar rumah. Karena perasaan malu dengan
prasangka masyarakat sekitar yang ada. Entah, dari mana mulanya. Semua itu
membuat kita memikul beban “bersalah”, yang bahkan kita sendiri tidak melakukan
hal demikian. Akibat dari anggapan yang keliru, sehingga kita pun terhakimi
oleh mitos yang sudah ada sejak lama.
Sekarang, saya ingin
mengajak pada nalar yang lebih realistis, yaitu dari sisi medisnya. Tidak lagi
memasung dengan anggapan dari mitos belaka. Yah, setelah mencari tahu, tanya
sana-sini ke om google. Saya
mendapati banyak sekali referensi dari berbagai sumber yang saya
temukan. Tentu tidak lagi merujuk pada mitos yang ada, tidak lagi, cukup. Berikut
sedikit akan saya rangkum ulasannya di bawah ini:
Bintitan, alias Bintelen, alias Semsem, alias Timbilen,
alias Turuwisen, alias Stye (atau apalah di tempat lainnya) adalah Hordeolum, dalam istilah kedokterannya. Suatu kondisi terjadinya infeksi
atau peradangan kelenjar pada tepi
kelopak mata, baik di bagian atas maupun di bagian bawah. Secara rinci dapat diurai menjadi:
1. Gejala awal
Biasanya akan terasa
adanya benjolan pada bagian kelopak
mata yang berwarna kemerahan. Selanjutnya
disertai adanya pembengkakan pada kelopak mata. Mata akan mulai terasa
nyeri terutama saat sedang menunduk dan berkedip. Selain
itu juga timbul rasa gatal pada kelopak mata. Ada pula terdapat bintik berwarna keputihan atau
kekuningan. Kadang juga mata
berair dan peka terhadap sinar matahari. Parahnya dapat membentuk abses di kelopak mata dan
pecah dengan mengeluarkan nanah.
2. Penyebabnya
Dari bakteri, yang biasanya oleh kuman Stafilokokus (Staphylococcus
Aureus). Hordeolum ini dapat
timbul pada satu kelenjar
kelopak mata atau bahkan lebih.
Kelenjar kelopak mata tersebut terdiri dari kelenjar Meibom, Zeis dan kelenjar Moll. Selain itu dapat pula terjadi peradangan di muara kelenjar yang berada pada
bagian lapisan kelopak mata atas maupun di bagian bawah. Di mana
terdapat produksi cairan yang gunanya sebagai fungsi air
mata dan keringat. Jika muara
kelenjar itu tersumbat oleh kotoran, entah seperti debu,
dari make-up yang dipakai, dan lainnya sebagainya. Maka bisa saja peradangan ini pun terjadi tanpa atau dengan adanya infeksi bakteri.
3. Menyerang siapa saja
Hordeolum sendiri dapat menyerang siapa saja loh, entah itu anak-anak, remaja, bahkan hingga orang tua sekalipun. Tapi menurut angka dari persentase terjadinya kejadian ini, ternyata pada usia dewasa cenderung lebih banyak dibanding anak-anak. Sedangkan dari angka kejadian menurut jenis kelamin antara wanita dengan pria, tidak ada perbedaan yang signifikan dan tidak menutup
kemungkinan seseorang mudah sekali mengalami bintitan secara berulang. Ibaratnya, baru sembuh yang satu, lalu muncul lagi bintitan di tempat yang lainnya.
4. Jenisnya
Hordeolum ini dibagi menjadi dua
jenis. Pertama Hordeolum Eksterna, merupakan kondisi bintitan yang berkembangnya di dasar
bulu mata (folikel). Pada
hordeolum eksterna ini kuman akan menempel di bulu mata, lalu masuk melalui sela pori-pori
dan bagian yang terkena adalah kelenjar zeis
dan kelenjar moll yang letaknya memang
berdekatan dengan pangkal bulu mata. Sedangkan untuk
jenis yang kedua ialah Hordeolum Interna, di mana kondisi yang berkembang di kelenjar meibon, sebuah kelenjar yang terletak di
bagian kelopak mata yang mengeluarkan substansi zat minyak ke bola mata.
5. Pengobatan
Hordeolum kebanyakan akan
mengempes dan hilang dengan sendirinya. Tanpa memerlukan perawatan medis.
Tetapi ada cara yang dapat dilakukan untuk mempercepat proses penyembuhan dari
bintitan ini:
a. Air hangat
Siapkan handuk
bersih dan air hangat. Kemudian, rendamlah
handuk tadi lalu peras dan kompreslah pada bagian mata yang terdapat bintitan. Lakukan pengompresan empat kali setiap hari setidak-tidaknya 5
sampai 10 menit setiap melakukannya. Bisa dilakukan secara rutin sampai bintitannya perlahan
mulai mengempis.
b. Bawang putih
Bagian yang digunakan adalah umbi lapisnya. Caranya cukup sederhana, tinggal menyediakan
sebutir bawang putih yang sudah dicuci bersih dan dikupas. Lalu, potong pada bagian ujungnya agar dapat memoles bagian bintitan dengan mudah. Lakukan secara perlahan-lahan dan searah. Ini diperlukan kehati-hatian yah, karena
salah-salah akan bisa
mengenai mata kita dan lakukan
berulang pada pagi dan sore hari, sampai bintitannya mengempis.
c. Obat-obatan
Antibiotik
topikal (salep, tetes mata), seperti misalnya: Chloramphenicol, Gentamycin, Polimyxin
B, Fucidic acid, Dibekacin,
Neomycin, dan lain-lain.
Obat topikal digunakan selama 7-10 hari,
terutama pada fase peradangan. Antibiotika oral (diminum), seperti misalnya: Doxycyclin, Eritromisin, Amoksisilin, Ampisilin, dan lain-lain. Untuk antibiotik
oral ini digunakan apabila bintitan tidak kunjung menunjukkan
perubahan dengan antibiotika topikal. Obat itu bisa diberikan selama 7-10 hari juga. Tapi perlu diperhatikan,
untuk penggunaan dan pemilihan jenis antibiotika oral hanya atas
rekomendasi dokter yang berdasarkan
dari hasil pemeriksaan sebelumnya.
6. Tindakan perlu dilakukan
Seperti yang
dijelaskan pada poin sebelumnya, bahwasanya sebagian
besar hordeolum akan sembuh dengan sendirinya. Selain itu tidak
terlalu berbahaya bagi
mata. Namun, disarankan juga pergi ke dokter spesialis mata. Apabila ditemukan salah satu dari masalah berikut ini:
- Mengganggu penglihatan
- Terlalu sering terjadi (berulang)
- Tidak hilang dengan sendirinya
- Tidak memberikan respon dengan
pengobatan yang sudah dilakukan
7. Pencegahan
Diusahakan selalu
menjaga kebersihan wajah dan membiasakan diri untuk mencuci tangan terlebih
dahulu, sebelum menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah tumbuh. Dan selain
itu tak lupa tuk menjaga kebersihan peralatan make-up mata. Agar gak mudah terkontaminasi
oleh kuman. Apabila berada di daerah yang berdebu, gunakan kacamata pelindung
untuk menghindari kotoran masuk ke area mata.
Anjuran lain, dengan mengistirahatkan mata kita. Apalagi
jika Anda sering membaca, kurangnya tidur, bekerja di depan komputer,
nonton tv sampai larut, atau maniak
game. Aktivitas tersebut jika berlebihan dapat
menyebabkan
mata cepat lelah, gatal dan memicu peradangan.
Luangkan waktu yang cukup untuk mata kita beristirahat. Jika diperlukan pakailah obat tetes mata. Tapi jangan
terlalu banyak dan sering meneteskannya, karena
bisa jadi akan berdampak buruk bagi kesehatan mata. Teskan obat tetes mata hanya saat mata merasa
gatal dan disertai nyeri pada pinggir kelopak mata.
8. Yang perlu dihindari
Jangan sering mengucek-ngucek
mata. Karena terlalu sering dan semakin keras mengucek mata,
bisa memicu luka yang berukuran sangat kecil (micro
lesion). Nah, melalui
luka itu si bakteri bisa masuk ke dalam tubuh kita. Jikalau perlu, pastikan kebersihan tangan Anda sudah
terjaga. Seenggaknya saat mau ngucek saja. Atau bisa menggunakan tisu bersih, dengan perlahan kucek mata secara lembut dan hati-hati sekali,
mengingat mata adalah organ yang lunak dan penting bagi kehidupan kita.
***
Setelah
mengetahui cara pengobatannya. Saya lebih memilih mengikuti cara yang alami.
Sebenarnya ingin saya kompres juga, tapi susahnya memperoleh air hangat di kosan,
itu yang menjadi kendala tersendiri. Yah, semenjak listrik dijatah, dispenserpun gak bisa difungsikan. Lantaran gak kuat, dan
beresiko jeglek. Jadi yang bisa saya lakukan yaitu menggunakan bawang putih.
Kemarin lusa baru dari pasar Mergan. Tuk sekedar membeli bawang putih. Karena
dekat kosan tidak ada yang menjual rempah-rempah. Kebanyakan toko dan warung
nasi saja. Kalaupun ada mungkin harus menunggu esok pagi, saat penjual sayur
keliling lewat depan kos.
Dua siung bawang
putih hanya seribu perak. Hanya?, entah karena saya gak ngerti apakah tergolong
lagi mahal, atau normalnya harganya memang
segitu. Dan saya niatnya hanya ingin beli satu siung saja, tapi berhubung penjualnya menyarankan sekalian ambil dua dengan
harga seribu perak. Yang berarti persiungnya seharga Rp. 500,-. Sejauh ini (baru dua hari yak) sudah terpakai satu bagian saja
dengan mengikuti langkah seperti yang saya uraikan di atas. Ternyata rasanya
perih juga yah, meskipun pada bagian yang gak luka, hanya di benjolannya saja.
*) dipastikan akan sisa banyak nih :D
Sekarang aroma
kamar saya bercampur antara wangi dari pengharum ruangan, parfum baju, dan bau
bawang putih. Sampai-sampai teman kos saya, si Romi ketika masuk ke kamar bertanya
“Mas, pakai bawang putih takut setan yah?”,
saat ia mencium bau dan terlebih lagi melihat dua siung bawang putih berada di dekat meja, sambil
memasang muka mengejek, dan nyegir lalu tertawa puas. Yah, karena masih ada
hubungannya, mengingat kemarin malamnya kami asik membahas soal setan dan ia (awalnya)
mengira saya takut dan menangkali dengan memasang bawang putih di kamar :D.
Sebelum
mengetahui khasiat bawang putih yang ternyata bisa menyembuhkan bintitan. Saya pernah
menetesi obat mata, meskipun gak akan berdampak pada penyembuhannya yak, hhehe.
Selain itu saya juga membeli jus wortel. Pada dasarnya memang karena saya suka,
setiap membeli jus lebih memilih wortel. Bahkan adek saya Richa juga suka. Malahan
wortel mentahpun ia makan :D
*) Berharap ada
pengaruhnya, meski..?. Ah biar, enak kok :D
Entah yah, kok
saya anggap ini seperti sakit mata saja. Yang pasti, itu menjadi upaya yang
saya lakukan untuk segera mengakhiri derita (lebay) ini. Saya tetap akan
mencoba melakukan penyembuhan menggunakan bawang putih. Semoga lekas membuahkan
hasil, meskipun harus menahan baunya yang sudah sukses membuat kamar saya
seperti area dapur.
Tak apalah, saya tetap
bersyukur mengalaminya lagi. Karena tuk kali ini menjadikan saya memahami cara
penyembuhannya. Tidak sekedar menunggu kesembuhan melalui waktu saja dan mulai ‘ngeh’ akan berbagai mitos yang keliru. Tapi
tetap saja yah, lebih baik mencegah dari pada mengobati. Yah, sehat itu mahal,
selagi diberi kesehatan selayaknya kita tetap menjaganya dengan sebaik mungkin.
Itulah sedikit ulasan
yang barangkali saja berguna, barang kali sih:D. Berdasarkan kasus yang
sekarang sedang saya alami. Satu hal yang paling sederhana dari semua ini.
Setidaknya kita tidak lagi punya anggapan dan percaya terhadap mitos mengenai
bintitan yang sudah turun-temurun ada dari generasi kita sebelumnya. Sudahlah,
cukup. Hhaha ini bukan bagian dari pembelaan saya loh :P.
Serius, kurangi
pemikiran yang bermuara dari mitos. Lebih baik melihat dari sudut pandang yang
bisa diterima oleh akal pikiran. Terlebih jika menyangkut dengan penyakit,
alangkah baiknya melihat dari sisi medis, ketimbang menggembar-gemborkan suatu kepercayaan
yang bahkan bisa jadi sebenarnya kita sendiri tidaklah tahu pasti yang
sebenarnya.
Oh iyah, tak lupa saya
ingin mengucapkan terima kasih, kepada Yosef, Romi, tante Lilik, mbak Nunu,
mbak Rizki, dek Mia, dek Fitri, Winda, Santi, Kiki, Tria, Ayuk Ka, dan Inova. Telah
meluangkan waktu untuk saya tanya-tanyai, hehe. Dan sudah memberikan informasi
terkait sebutan dan mitos mengenai bintitan menurut daerahnya kalian masing-masing.
Makasih yah :).
NB: Apabila Anda melihat saya dengan
keadaan masih bintitan (eh, tapi semoga lekas sembuh:D). Tolong jangan lirik
saya dari ujung kaki ke atas, lebih lagi dengan tatapan penuh curiga. Suer loh,
saya tidak suka ngintip orang mandi :P
Minggu, 02 Februari 2014
/
/
Label :
Pengamatan
Aduuuh ngebayangin gimana njindelnya
BalasHapuswah, ngebayanginya jangan lama-lama yah mbak, gratis kok tapi gak disarankan. hhehe..
BalasHapusterima kasih kunjungannya yah mbak :)
Bintitan itu ... aduuuhhh ... mengganggu sekali ...
BalasHapusudah gitu ... yang menyakitkan hati adalah ... kita jadi dijauhi orang ... karena takut menular ...
So ... Bintitan ... No Thank You ...
Salam saya
BTW ... nilai-nilai yang dianut oleh blog ini ... sejalan dengan nilai yang saya anut ...
antara lain ... tidak menyebut merek secara jelas ... dan berusaha untuk tidak berkata jorok ...
ini sejalan dengan motto saya ... Tidak Bohong - Tidak Nyontek dan TIdak Jorok ... hhehehe
(4/2 : enambelas)
Hapushehe, saya baru tahu kalau ditakuti akan menular om, hhehe. mana ini belum kunjung kempes :D #curhat
Hapuswah, puji syukur, saya senang dengarnya om, meski mungkin saya masih jauh dari semua itu, tapi tetap berusaha menjaganya, insyaAllah. semoga bisa lebih baik lagi, mengikuti pegangan hidup om :) (wah jadi malu dibaca tentang saya, hihihi). tapi makasih banyak yah om, sudah berkenan mampir di blog sederhana saya, makasih. salam kembali dari saya :)
Atau jangan-jangan timbilen itu adalah hasil perbuatan setan, makanya dirimu mengolesinya dengan bawang (Mbikin mitos baru, biar tambah tersesat)
BalasHapushuhahaha, mas nakut-nakutin ini mah. saya agak alergi sama setan mas, kalau bahasa Yunaninya itu "penakut", hhaha.. #sambil toleh kanan-kiri
Hapusterima kasih mas 'tampak punggung', sudah berkunjung di blog saya :)
kata orang jawa ... ora ilok
BalasHapushehe, matur nuwun :)
BalasHapus