Miras?, minum kopi saja saya mabuk

Miras, semua tahu minuman apa yang saya maksud. Tak terlalu sulit untuk memperolehnya. Beberapa tempat seperti toko, warung, masih ada yang memperjual belikannya dengan bebas. Dari berita yang pernah saya baca, kalau di Bandung sudah ada intruksi dari Kapolrestabesnya kepada jajaran dan semua polseknya untuk melakukan razia miras. Menurut beliau “..tiada hari tanpa operasi miras..”. Hal itu dilakukan untuk mewujudkan tahun 2014 sebagai tahun disiplin.

*) Ilustrasi gambar dari sini

Tapi saya tidak akan berbicara secara umum. Ini hanya kejadian kecil tadi malam di kosan saya. Sekitar pukul 23.40 WIB. Suasana kosan masih dalam keadaan ramai di jam segitu. Beberapa lampu kamar masih terlihat menyala. Ketika itu saya hendak ke kamar mandi. Tak lama setelah pintu kamar terbuka..

“Ini mas Richo, mau nyoba?.".

Suara berasal dari depan kamar saya. Setengah samar-samar saya mulai melihat ada tiga teman kos yang sedang duduk dan dua di antaranya sambil menghisap sebatang rokok. Sebut saja mereka, Bunga1, Bunga2, Bunga3. Dan Romy, saya mendengar suara dia juga tapi belum melihat sosoknya. Kehalang tembok kamar. Saya hanya melongo dari tiang pembatas balkon.

“Ini mas dicoba..". Diangkatnya minuman berwarna kuning pucat yang hanya 1/2cm dari bibir gelas kaca kecil oleh Bunga1.
“Hah, apa ituuuu..?.”. Tanya saya heran.
“Coba saja mas?.". Sambar Bunga2.
"Hhee, aku kebelet, ke kamar mandi dulu..".

Saya langsung bergegas ke kamar mandi, karena sudah gak tahan lagi. Selama perjalan ke kamar mandi saya jadi memikirkan minum itu. Sebenarnya sayapun menyadari apa yang mereka tawarkan tadi. Melihat dari gelagat dan suasanya. Kalau gak salah kira itu minuman sejenis Bir, beralkohol. Entahlah, saya berasumsi seperti itu.

Setelah selesai dari kamar mandi. Saya mulai mendekati kamar nomer 18, di mana mereka lagi asik ngobrol dan bercanda tawa. Agar menimbulkan kesan ketertarikan dan tidak menghindar mereka. Selain itu menjadi kesempatan saya untuk mengetahu apa yang mereka minum dan memastikan asumsi saya benar ataukah, sebaliknya.

“Wuah, minum apa ini?.". Dengan polosnya, seolah belum paham.
“Oplosan mas..” . Sahut Romy, si empunya kamar.
“Apa aja?”. Makin penasaran.
“Itu.. Bir, sama paracetamol,”. Lalu dia menunjukkan satu strip obat, yang sudah terpakai dua biji.
“Lihat..”. Saya pegang memang paracetamol, obat demam setahu saya.
“Hah, yang benar aja?.” Jadi makin kepo saya :D
“Hhehehe, nggak mas, becanda, hhe..”. Aiiih, hampir saja saya percaya.
“Bir B*ntang, campur dengan Ciu.”. Lanjut dia.
“Ciu?.”. Ciu, ciyus? miapah?, haha. Saya baru dengar itu kali ini loh.
“Sejenis minuman yang difermentasi.”. Jawab Bunga3
“Ooow, kayak arak bukan?.”.
“Iyaaah, gitu..”

Sementara saya perhatikan Romy gak ikut minum. Ternyata dia beraninya nawarin saya saja, sedangkan dia sendiri tidak ikut minum bersama mereka. Dan obrolan kami terus berlanjut. Pertanyaan demi pertanyaan coba saya lontarkan. Mereka menjawabnya dengan santai dan enjoy, sambil menghisap rokok. Itulah mengapa saya berusaha meluangkan waktu tuk ngobrol dan gak buang muka masuk kamar setelah dari kamar mandi.

Saya hanya gak ingin ada anggapan menghindar dan terkesan gak bersahabat. Meski cuman berdiri di depan pintu kamar Romy saja. Dan sesekali melongo untuk melihatnya lebih jelas. Yah, mereka nampak menikmati sekali, tiap tegukan dari dua jenis minuman yang telah mereka campur sebelumnya. Dengan mimik muka mengerutkan alis mata saat minuman itu masuk dalam mulut mereka. Entahlah, apa yang mereka rasakan.

Bukan sekali ini saja saya melihat beberapa teman kos sedang minum miras. Tak jarang ajakan sama dilontarkan oleh mereka yang sedang minum bersama. Namun bermacam pula penolakan saya untuk menghindari minuman keras tersebut -tentunya dengan halus dan diselipi candaan. Bahkan tuk sekedar disuruh nyium saja, saya enggan melakukannya.

“Cium baunya aja mas, niih..”. Sambil nyodorkan botol air mineral berukuran 1500ml, yang menjadi wadah miras oplosannya.
“Jangan, nanti aku kepengen, hheeeee..". Preet, gak akanlah :P
“Sekali saja mas, cobaa.”.
“Makasih, makasih, hehe..,”. cengengesan doang saya mah.
“kalau aku minum, nanti bolak-balik kamar mandi kebelet terus.”. Tutup saya sambil tertawa.
“(hha..hha..hahaa..).”. Merekapun membalasnya dengan tertawa puas bersama (dipersingkat: ngeledek).

Iyah, begitulah jawaban saya tadi. Sering kali saya jawab dengan guyonan. Tidak berlagak gak suka, anti, dan sebagainya. Hanya saja ngeles terus dengan candaan agar suasana tidak kaku dan canggung.

Tapi saya perhatikan mereka meminumnya masih tergolong dalam batas wajar. Tidak sampai mabuk berat dan kehilangan kesadaran penuh. Untung saja tidak sampai bikin gaduh, dan keributan yang memancing warga sekitar. Tidak, tidak ada sama sekali. Mereka masih bisa mengontrol prilakunya.

Saya sendiri tidak begitu mengetahui macam, jenis, merk dan apalah yang berhubungan dengan minuman keras. Asli, gak paham. Ok, saya ketinggalan ‘gaul’ urusan begituan. Jujur saja yah, sampai saat ini, untuk minuman sejenis itu belum pernah nyentuh bibir saya. Setetespun saja, belum pernah. Ok, ok, juga kalah prestasi soal begituan.

Puji syukur, saya bisa menahan hasrat untuk tetap kekeh menghindari minuman keras. Well, itulah prestasi (saya loh yang bilang) saya di bidang ini -gak mau ketinggalan prestasi:P. Dan saya berharap bisa menjaga itu tuk selama-lamanya. Bahkan sampai raga ini mati dan terkujur kaku di pembaringan terakhir. InsyaAllah, akan menghindari semua itu, semoga.

Come on, jangankan miras. Kamu sama kopi saja muntah Cho, wooo. Iyah, minum kopi saja saya seperti lagi mabuk berat, huhaha gebubrak. Saya memang tidak menyukai minuman satu ini. Entahlah, rasanya mau mual kalau meminumnya. Saya masih ingat saat bermain di rumah Budeh saya dulu, di Karangduak Sumenep. Usia saya masih kecil sekali waktu itu. Saat itu saya mencoba memaksakan diri minum kopi. Sementara belum tertelan keseluruhan, saya langsung (maaf) memuntahkannya. Yeek, minuman apa ini (maaf kawan penyuka kopi, peace).

Sejak kecil saya sudah tidak suka. Jadi di usia sekarang ini juga tetap sama. Meskipun tidak begitu parah. Tapi tetap saja menghindarinya. Tapi saya memiliki beberapa sachet kopi * (ah, apaan sih Cho). Tapi benaran ada di laci kamar kos. Itu hanya untuk menyediakan teman-teman saya yang main ke kosan. Bukan untuk dikonsumsi sendiri. Sayang, sekarang tidak bisa masak air, dispenser saja sudah gak kuat listriknya.

Seingat saya kalau tidak keliru. Terakhir minum kopi pada saat acara seminar Scrientific Great Moment (SGM) 4 di Widlok UB. Setelah mengisi daftar hadir giliran selanjutnya menuju area coffee break. Tetapi saya tetap memilih mengambilnya, satu gelas plastik dan roti. Tidak ada pilihan lain. Saya terpaksa, hanya tidak ingin disangka gimana gitu. Sementara semua peserta mengambilnya dan saya menghindari kesan tidak menghargai itu.

Berhubung tidak boleh membawa makanan ke ruang auditorium seminar yang dihadiri oleh bang Tere Liye sebagai pembicara ketiga, dan diharuskan dimakan sebelum masuk. Jadi yang bisa saya habiskan hanya rotinya saja. Sedangkan kopi hanya saya minum sekali cegukan, lalu sisanya (maaf, maaf) saya buang di wastafel. Itu terakhir kalinya, kejadian itu sudah lama kalau tidak keliru tanggal 27 Mei 2013. (SGM, red).

Kopi saja saya tidak suka. Apalagi minum minuman keras (gigi saya bisa ompong kalau memaksakan). Terutama saya masih berpegang teguh pada larangan agama saya. Meski saya rasa semua agama tidak ada yang mengamininya. Tapi bukan berarti saya mengecam siapa saja yang pernah atau mungkin yang masih suka minum-minuman. Tidak, itu kebebasan pribadi masing-masing. 
***
Oh iyah, usut punya usut. Saya jadi menyimpulkan secara singkat. Di mana menurut saya ada lima faktor yang membuat seseorang minum-minuman keras. Tidak berarti berlaku secara umum. Hanya kecendrungannya mereka berada pada kondisi seperti ini:

1. Coba-coba
Besar kemungkinan semua bermula dari sekedar coba-coba. Gimaya yah rasanya?. Naluri ingin tahu terhadap sensasi minuman keras yang menguat dipikirannya. Apapun yang berangkat dari sesuatu yang buruk, pada akhirnya akan berakhir buruk pula.

2. Gengsi
Berlagak ingin terlihat maco (apa maconya yak?) dengan minum-minuman keras. Faktor lingkungan berperan besar pada kondisi ini. Khususnya remaja dalam pergaulan bersama teman-temannya. Hanya gak ingin dibilang cemen, cupu, gak laki, penakut, dan apalah sebutan menjatuhkan lainnya. Akibatnya ia ingin menunjukkan dan tak ingin lagi ada tuduhan tersebut kepadanya.

3. Terpaksa
Tidak jauh beda dengan gengsi, ini juga dipengaruhi oleh ruang lingkup pergaulannya. Manakala bersama teman-temannya. Ia enggan nolak lantaran tidak enak diri kepada teman (peminum) lainnya. Sehingga mau nggak mau, ikut meminumnya dan secara tidak langsung iapun jadi terlibat di dalamnya.

4. Candu
Bagi yang sudah mencicipi, dari ego yang gengsian dan faktor keterpaksaan. Secara berkelanjutan jika tidak mampu mengontrol (dilakukan berulang). Ia akan terperangkap dalam candu. Karena setahu saya minuman keras juga mengandung zat adiktif seperti rokok. Iyah, apabila satu dua kali meminumnya. Maka akan membuat orang tersebut merasa ingin terus mengkonsumsinya dan pada akhirnya malah merasa bergantung pada minuman keras.

5. Kebiasaan
Ini menurut saya paling krusial, jika sudah menyentuh level kebiasaan. Tak sekedar candu, lebih buruk lagi sudah menjadi pola hidupnya. Apabila tidak mampu mengontrolnya, bahaya sekali. Terlebih jika mengkonsumsinya secara berlebihan tanpa lagi memikirkan dampak buruk bagi kesehatannya.

6. Kondisional
Tadi katanya lima?, ok saya juga tidak konsisten. Di mana menurut saya ini juga berlaku, meski tidak semua orang melakukan hal ini. Seperti misalnya, ketika seseorang diterpa masalah hebat, pikirannya berkecamuk, tekanan dari lingkungan sekitar tak lagi membuatnya mampu berfikir positif. Bisa jadi membuatnya kalut dan memilih menenangkan diri dengan sebotol miras. Sekalipun ia belum pernah minum sebelumnya. Lebih-lebih berlaku pada mereka yang sudah sering. Mereka akan melampiaskannya dengan menenggak minuman keras.

Itulah menurut penalaran (dibaca: kesotoian) saya dari penyebap seseorang minum miras. Catat, hanya perkiraan sederhana saya saja - selain itu pikiran saya gak mampu menjangkaunya. Tidak juga melalui studi kasus yang rumit dan memakan waktu lama. Tapi berdasar apa yang saya lihat dan ketahui dari prilaku teman-teman kos dan lain sebagainya.  
***
Seperti kalian ketahui, kasus miras oplosan banyak ditemui di beberapa daerah. Beritanya banyak beredar di televisi, koran, maupun media elektronik lainnya. Atau kejadian yang mungkin secara langsung ditemui di daerah kalian. Aneh yah, meskipun banyak korban yang sudah berjatuhan. Namun, pesta miras masih saja ada. Tidak ada ketakutan dari para pelaku.

Kalau boleh sedikit saran saja. Lebih baik hiduplah sehat tanpa minuman ber-alkohol. Saya yakin dan percaya, semua pasti tahu dampak buruknya. Hanya saja, tidak banyak dari mereka mampu menahan hasratnya. Baik yang masih coba-coba, gengsi, sudah kecanduan, kebiasaan dan sebagai pelampiasan sesaat.

Kalau tidak bisa berhenti, setidaknya kurangi jangan sampai berlebihan. Semua yang berlebihan itu tidak baik. hati-hati dengan oplosan, lebih beresiko lagi. Toh kenikmatannya hanya sesaat, bukan?. Sedangkan jangka panjangnya akan menggrogoti fungsi organ tubuh lainnya. Selain itu sanksi sosial untuk para pada peminum tetaplah dipandang negatif di kalangan masyarakat kita.

Khusus bagi yang belum pernah. Saya menghimbau untuk tidak sekali-kali mencobanya. Percayalah, tidak minum bukan berarti kita tidak laki (iyalah), karena tidak ada kolerasinya. Jadi buat apa kita mentingkan ego semata hanya untuk membuktikan kepada teman-teman yang lain?.

Jadi, apapun keadaannya, mau kita berada dalam lingkungan itu, atau adanya ajakan teman-teman. Tidak perlu sungkan untuk menolaknya. Tapi ingat, seyogyanya bisa menghindari dengan alasan yang tidak menyinggung mereka. Misalkan, seperti bercandaan yang saya lakukan di atas - pada teman-teman saya tadi malam. Hindari penolakan dengan ekspresi tubuh tidak suka.

Kembali lagi pada diri kita masing-masing. Jika kita mampu membentengi diri dengan kekhawatiran dan konsekuensi yang ada. Saya yakin semua itu  bisa dihindari. Saya tetap menjungjung tinggi kebebasan hak. Ini hidup kita, kita yang bebas nentukan. Semua bisa memilih mana yang baik untuk kita, dan sebaliknya. Semoga ada sisi positif yang dapat diambil, setidaknya untuk pengingat diri saya sendiri :).

Tambahan, ini kabar benaran, bukan karangan untuk memperkuat pendapat saya di atas, bukan. Dalam proses penulisan ini, saya mendapatkan telfon dari Winda. Dia sahabat karib saya yang sedang berada di Jember. Kami membicarakan tes kesehatan dia di bank BCA KCP Malang. Sehubungan dengan dia ikut tes masuk penjaringan pegawai baru bank BCA. Singkat cerita, ada pembahasan dari cerita dia kalau teman dari temannya dia (ah ribet). Namanya sebut saja Bunga5 (laki-laki), meninggal dunia karena pesta oplosan di kontrakannya kemarin malam. Serius, bertepatan dengan postingan yang sedang saya tulis ini.
Hai, sudah baca yang ini?

24 Komentar. Tambahkan juga komentarmu »

  1. Kalau gitu sukanya minuman yang segar & sehat aja ya, Richo?

    BalasHapus
  2. bagus mas bro salut akan kegigihanmu, pertahankan itu!
    Ayo kita pasti bisa

    MERDEKAAAA #lho

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mas, siap, saya usahakan bukan sekedar ucapan belaka :)
      demi merah putih, dan NKRI harga mati. pantang nyerah mas. MerdekAAAAAA :D

      Hapus
  3. kata bang haji, nggak bagus minum minuman keras ya mas, haram hehehe :D
    juga bisa merusak kesehatan kita :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe, iyah mbak haram, dan gak ada baiknya untuk kesehatan :)
      mirasantika, no way. hehe lihat contekan di liriknya :D

      Hapus
  4. awalnya coba-coba akhirnya terbiasa ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. ow gitu mas, saya gak berani coba-coba deh, hihi..

      Hapus
    2. coba dulu baru bilang gg berani :D :D pesan guru waktu SD sob, ,

      Hapus
    3. kalau beli tahu saya nyoba ini, nanti malah saya yakin akan dimarahi oleh beliau. gak mau ah kena marah nanti :D

      Hapus
  5. kunjungan perdana mas hehe sama donk kita sya juga mabuk kalau minum kopi .. bisanya kopi bikin gak ngantuk tapi saya minum kopi baru rebahan nyentuh bantal sudah tidur :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mbak :)
      haha, tos :D. kopinya dioplos sama obat tidur yah mbak :D

      Hapus
  6. waduh mas. jangan sampai ikut-ikutan minum miras..Na'udzubillahi min dzalik..

    BalasHapus
    Balasan
    1. InsyaAllah tidak akan mas, terima kasih dorongannya :)

      Hapus
  7. Kopi memang mengandung candu mas .... keseringan ngopi jadi kecanduan

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh gitu yah mas, iyah mas pernah dengan penuturan teman saya, kalau dia dan keluarganya sangat tergantung dan nyaris tiap hari minum kopi. malahan katanya kalau gak minum kepala jadi pusing. kalau saya nggak suka minumnya, jadi susah masuk mulut :D

      Hapus
  8. Mas richo, godaanmu berat bener... semoga terus dikuatkan imannya... hiks miriiiiiis :(((

    BalasHapus
    Balasan
    1. situasi yang saya dapat tempo hari seperti itu mbak. Amin Ya Allah, makasih mbak yah Nunu :). saya selalu berharap semoga semakin kuat diri melawan godaan yang ada mbak..

      Hapus
  9. Ck ck ck oplosan bgitu kan berbahaya, biasa bahan2nya ada yang gak cocok. SY pernah dpt beberapa berita, orang2 meninggal karena minuman oplosan begitu ...

    Duh, untung mas Richo gak tergoda ..... mudah2an tidak akan pernah. Bagus bereaksi seperti itu saja sama mereka, selama mereka gak memaksa. Tetap berteman tapi jaga jarak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyah Bun bahaya. banyak yang kejadian tapi banyak juga yang masih minum oplosan.
      puji syukur tidak sampai tergiur Bun, insyaAllah akan menjaga lidah ini. saya menjaga jarak yang mungkin bagi mereka tidak terasa kalau menjaga jarak untuk hal begituan, he..

      Hapus
  10. "Miras?, minum kopi saja saya mabuk" Liat judulnya saja saya udah ngakak hahahaah


    ya iyalah buat apa juga minum miras, toh nggak ada manfaatnya buat tubuh,malahan yang ada malah merusak tubuh, jadi say no to drunk :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hhaha, itu fakta mas, ampun dua-duanya dihindari..:D
      sip benar, kenikmatan sesaat, tapi kerugian yang berkepanjangan. mantap mas, like :)

      Hapus
  11. hahaha,,,bagus dong,,berarti akan terhindar dari hal yagn memabukan..:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhehe, insyaAllah akan berusaha menjaga diri dari yang begituan :)

      Hapus