Media dan Metode Pencatatan #RBP2

Melanjutkan pembahasan saya mengenai pencatatan RPB, kali ini akan memaparkan media yang digunakan untuk mencatat seluruh pengeluaran dan sekaligus metode pencatatannya. Semua dilakukan atas inisiatif pribadi dan dilakukan dengan cara biasa. Tak jauh beda seperti Ibu-ibu yang mencatat untuk kebutuhan belanjanya, hihihi *dijewer anggota paguyuban Ibu-ibu. Jadi, tidak ada yang rumit dari kedua bahasan ini, apalagi spesial. Tidak. Oh iyah, kalau belum nyambung, bisa dibaca pembahasan sebelumnya. Jika sudah, saya akan langsung memulainya dari:

MEDIA PENCATATAN
Saya memerlukan tiga media untuk mencatat setiap pengeluaran yang ada. Masing-masing memiliki fungsi dan kegunaan tersendiri.  Namun, ketiganya masih saling terkait satu sama lain. Pertama, saya menggunakan kertas polos ukuran B5. Kedua, menggunakan buku besar dan yang ketiga, memanfaatkan lembar kerja di Microsoft Excel. Berikut masing-masing penjelasannya:

1. Kertas B5
Untuk pertama kalinya pengeluaran saya catat pada kertas kosong. Karena dalam satu hari terdapat sekurang-kurangnya dua transaksi, yang meliputi kebutuhan pokok, yaitu makan. Dan selebihnya kadang tidak menentu. Yah, tergantung kebutuhan yang diperlukan pada hari itu. Jadi untuk mengingatnya, saya mencacat sementara pada media ini.

*) Abaikan tintanya, haha.

Itu beberapa tumpukan kertas yang sudah saya gunakan dan seluruhnya bolak-balik berisi rekapan sementara. Mulanya saya langsung memindahkan ke buku besar, tapi daripada pencatatannya ribet dan tidak dalam satu waktu. Jadi sementara saya catat dulu dan kemudian barulah dipindah secara bersamaan, dalam satu periode/hari.

2. Buku Besar
Setelah dicatat menggunakan media pertama, selanjutnya dipindah ke Buku Besar. Buku besar di sini berbeda dengan istilah di akuntansi. Jadi bukan Jurnal Buku Besar. Kalau di sini disebut buku besar melalui kriteria fisik (iyah, karena bukunya besar, hihi). Biasanya saya lakukan ketika malam hari. Kalau sebelumnya saya tulis asal-asalan, maksudnya asal dicatat saja, tak peduli tulisannya gak jelas, atau mencong sekalipun, asalkan saya sendiri bisa mengerti. Ah, mau bilang tulisan jelek susah amat, Cho!. Iyah, setelah itu dipindahkan ke buku besar, dengan mulai memperhatikan kerapian pencatatannya. Pret, masih amburadul.

*) Buku besar

 
*) Rekapan di buku besar

Oh iyah, kalau dicermati kolomnya bertulisan Debet dan Kredit. Itu tidak menginformasikan kedudukan secara akuntansi, yah. Lagi-lagi, tidak. Jadi tidak berarti harus seimbang antara debet dan kredit. Sementara saya hanya memfungsikan kolom debet untuk mengisi BBR dan Kredit untuk BPKnya. Karena bukunya sudah tercetak seperti itu. Haha, belinya yang begituan.

3. Lembar Kerja (Excel)
Media ini saya gunakan untuk mencatat nominalnya saja. Yah, sekedar untuk memudahkan dalam penjumlahannya. Sedangkankan kalau intuitif, resiko ada kesalahan. Kalaupun menggunakan kalkulator juga agak repot dan lama. Biar lebih mudah dan memastikan hasil perhitungan datanya valid, jadinya saya menggunakan excel untuk menghitungnya.

*) Salah satu contoh, di perioede November 2013

Perbedaan warna pada sel tertentu, itu karena saya atur menggunakan “Conditional Formatting”. Kalau dimasukkan nominal di atas atau sama dengan Rp. 10.000,-, maka selnya akan berwarna lebih gelap. Tidak ada kekhususan sih, hanya saja membuat pembeda dari nominal di bawahnya. Biar terlihat mencolok pengeluaran yang membengkak.

METODE PENCATATAN
Seperti yang sudah saya singgung di atas, proses pencatatannya tidaklah rumit, sederhana sekali. Mungkin lebih tepatnya sudah saya sampaikan di penjelasan “Media Pencatatan”. Tetapi, di sini saya ingin membahas mengenai alur pencatatan di excelnya dan terakhir dari hasil akhir Laporan RBPnya.

Ok, rumus yang paling banyak digunakan di sini adalah SUM. Semua pengeluaran dijumlahkan berdasarkan tanggalnya. Berapapun nominal pengeluarannya, tetap akan dijumlah  sesuai periodenya. Setelah akhir bulan, kemudian di jumlah secara keseluruhan dan hasilnya adalah total kotor RBP/bulan.

Saya sebut kotor, karena di dalamnya masih terdapat biaya sewa kos. Dan saya anggap itu sebagai biaya wajib, di luar pengeluaran atas kebutuhan pribadi. Tetapi, biaya sewa kos masih termasuk dalam pengeluaran BPK. Hanya saja total bersih dihitung untuk melihat sejauh mana pengeluaran saya, di luar biaya sewa kos. Kalau saya kasih contoh perihitungannya seperti ini:

*) Tanggal 07 November dan seterusnya juga dijumlahkan

Ada kondisi mana kala saya tidak sedang berada di Malang. Iyap, ketika mudik. Otomatis tidak ada pencatatan sama sekali. Lawong nggak ada transaksi, yah. Karena RBP secara khusus hanya mencatat pengeluaran selama berada di Malang, termasuk ongkos transportnya dari rumah atau sebaliknya. Sehingga pada kolom di atas, saya kosongkan dengan memberikan penanda seperti di bawah ini:

*) Ini edisi mudik begitu, hhehe

Pada saat mendekati akhir bulan. Mulai dilakukan pengelompokan dari jumlah RBP dan juga BPK. Yang menjadi acuan saya di sini adalah Buku Besar. Dan, biasanya saya pertama kali menjumlahkan seluruh BBR terlebih dahulu. Jika hasilnya sudah diperoleh, barulah tinggal mengurangi total RBP dengan BBR. Maka hasilnya berarti total BPK. Bisa dipahami, Kan?, ok sip!.

*) Ini contohnya masih di bulan November 2013,
waktu itu sempat jualan pulsa juga, haha. *tutup lapak :D

Selanjutnya, apabila sudah masuk akhir tahun. Seperti tahun 2013 kemarin (2012 tidak bisa mewakili cerita, karena hanya mulai dari bulan Desember 2012, saja), seluruh total RBP di setiap periodenya dikelompokkan dalam tabel berikut ini:

*) Total RBP setiap bulannya

Untuk memudahkan mengambil jumlah RBP setiap bulannya. Tidak memasukkan secara manual, tetap lebih mudah dengan memberi nama pada cell total RBPnya. Tinggal klik cell tersebut, dan di pojok kiri atas ada “Name Box”, tetap disebelah kiri “Formula Bar”. Kalau saya contohkan misal seperti ini:

*) Misalkan saya memberinya nama: totaljan (jan, berarti Januari)

*) Tinggal memanggilnya saja: =totaljan (nilai pada sel tersebut akan muncul)

Kalau suatu ketika ada perubahan, nilainya otomatis mengikuti perubahan tersebut. Biar tidak repot bolak-balik menggantinya. Kalau nginputkan manual juga jauh lebih merepotkan dan lama. Ok, sampai tahap ini sudah diketahui total RBP perbulannya. Tinggal pengelompokan antara BBR dan RBP. Nanti hasilnya akan tertuang pada pembahasan tabel.

LAPORAN AKHIR TAHUN
Dari rentenan pencatatan yang saya lakukan, di setiap akhir tahun (ah, baru tahun kemarin mencatat penuh). Berikutnya membuat laporan akhir tahun, yang mencakup keseluruhan pengeluaran yang ada. Sehingga laporannya kian mengerucut dan menjadi sebuah angka yang hanya mewakili total pengeluaran setiap bulannya. Ini semakin memudahkan saya untuk mengetahui secara menyeluruh. Laporan tersebut berupa tabel dan grafik. Kalau saya urai menjadi:

1. Tabel
Menginformasikan rekapan selama satu periode atau di akhir tahun. Berdasarkan besarnya kebutuhan BBR dan BPK. Diperoleh dari satu periode, yang dalam hal ini periode per-satu bulan. Secara urut mulai dari Januari, Februari, Maret dan seterusnya, sampai dengan bulan Desember. Informasi yang dapat dibaca melalui nominal hasil akhir di setiap periodenya dan akumulasi keseluruhan selama satu periode penuh. Baik rincian Biaya Belanja Rutin (BBR), maupun dari Biaya Penunjang Kebutuhan (BPK). Seperti nampak pada tabel di bawah ini:

*) Tabel RBP

Oh iyah, pada poin keenam yang sebelumnya perna saya sampaikan, mengenai maksud penggunaan warna pada tabel di atas. Bahwasanya, warna pada baris tidak mempunyai arti khusus, hanya untuk membedakan. (seperti penjelasan di sini). Tetapi perhatikan, bulan September warna selnya coklak, karena bulan itu adalah kelahiran saya. Jadi sesuai warna kesukaan saya. *halah, abaikan.

2. Grafik
Terakhir saya juga membuat Laporan RBP akhir tahun dalam bentuk grafik. Hanya untuk melengkapi penyampaian laporan akhir tahunnya saja. Agar semakin mudah dianalisa. Selain itu juga memudahkan melihat pergerakan dari naik turunnya pengeluaran di setiap bulannya. Secara kualitatif biar mudah saya bandingkan, antara periode sebelumnya, berikutnya dan juga dari keseluruhan datanya.

*) Grafik RBP

Grafiknya di atas belum menunjukkan informasi apapun. Saya cuma ambil contohnya saja, masih kosongan dan belum diberi nilai. Sebenarnya ada satu lagi yang berupa catatan. Hanya saja isi dari catatan itu, tidak akan sama setiap tahunnya. Di mana isinya menjelaskan sesuatu yang mendukung pelaporan RBPnya saja.

***
Iyah, kurang lebihnya seperti itu. Mudah, kan?. Mungkin ada yang mengatakan ribet. Iyah, karena sebagian besar pencatatannya dilakukan secara manual. Masih saya salin satu persatu di buku besar. Karena itu merupakan bukti fisik yang paling dijadikan acuan, dalam menunjukkan setiap rupiah pengeluaran saya. Entah, dibelanjakan untuk apa, semua ada bukti tertulisnya. Bukti berdasarkan struk pembelian dan pengambilan di ATM juga ada. Seperti ini:

Saya memang sengaja tidak mencatat RBP di excel saja. Meski jauh lebih efektif dan praktis, tinggal ketik dan masukkan nominalnya, beres. Pada awalnya berniatan seperti itu. Saya juga sudah pernah membuat format kolomnya. Tapi tak lama kemudian saya kembali berfikir, kalau pencatatan di excel mudah ganti dan dirubah angkanya. Jadi saya memilih menggunakan buku besar untuk mencatatnya.

Kan, di buku besar juga bisa diganti, Cho?, tentu masih bisa. Tapi setidaknya meninggalkan bekas, dan akan ada baris yang kosong. Kalau di excel tidak akan berbekas sama sekali. Tinggal klik kanan - delete, selesai. Meskipun kalau ada kesalahan juga dilakukan pengapusan, tapi itu dilakukan saat pencatatan dibukukan, bukan setelah beberapa hari berlalu dan tentunya berbada pengertian dari yang saya contohkan di atas. Karena itu bagian dari perbaikan saja.

Akhir kata, cukup sekian yang bisa saya sampaikan. Alah, kayak apa saja. Iya, biar ada penutupnya, hhehe. Tanpa bermaksud lain, saya mulai membiasakan melakukan ini semua. Menyenangkan sekali, tidak perlu dibebani apapun. Ngalir saja, semua tinggal dicatat secara menyeluruh. Tidak berusaha menutup-nutupi, apalagi berniatan memanipulasinya. Karena pada prinsipnya kejujuran itu penting. Ok, cukup.

NB: Semua media dan metode pencatatannya dilakukan berdasarkan keterbatasan kemampuan penulisnya. Iyah, iyah, saya pemirsa. Jadi, mohon jangan disamakan dengan perhitungan secara akuntansi loh, yah. Jauh, ini hanya pembukuan sederhana saja. Ingat, isi poin ke-15 dan 16, silahkan bisa dibaca ulang di ini. *sungkem sama para Akuntan


Richo A. Nogroho
Malang, 09 Juli 2014
Hai, sudah baca yang ini?

84 Komentar. Tambahkan juga komentarmu »

  1. Ini larinya nanti ke akuntansi ya mbak??
    salam kenal ya
    :)
    minta komentarnya untuk kue saya
    http://resepberbagaikueenak.blogspot.com/2014/07/cara-membuat-kue-pastel.html
    begi g+ juga boleh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hah?
      Mbak?
      Sejak kapan Richo pakek poni? :D
      Untuk itungannya, saya salut mas.
      Lanjutkan!

      Hapus
    2. @Mbak Andiri Rahma: Aiih, Mbak?, hihihi. ok cin :D
      Salam kenal juga, Mbak, terima kasih kunjungan perdananya :)

      Siap meluncur ke TKP, hahai.

      Hapus
    3. @Mas Rosyid: Hhaha, saya juga heran, Mas, kok dia bisa tahu poni saya, yak? *EH, hhaha.
      Wehe, makasih, Mas. lanjutkaaaan :D

      Hapus
    4. hahaha,, mas richo jarinya mulai keriting

      Hapus
    5. Hhaha, Mas juga kok tahu? :D, nyehehe.

      Hapus
    6. Kan kemaren situ yg crita ke saya. :)

      Hapus
    7. Hhahaha, jadinya lupa :D *sok polos

      Hapus
  2. Mas richo rajin bingiiiit

    BalasHapus
  3. iya nih,,rajin banget,,aku kalah ma mas nya kalo urusan itung2ngan spt nih,,wah,,,geleng2 kepala,,dibuat salut :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi, biar terbiasa, saya mulai membiasakan diri, Mbak, hihi. ah, Mbak Dwi saking saja belum nyoba wa. geleng-geleng juga balasnya :D

      Hapus
  4. Ngga ngerti.. Skip aja dah.. :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha, hapus postingan, ah. hhaha.

      Hapus
    2. Wkwkwk.. Ya abis bahasanya baku sih.. Postingannya panjang pulak :P

      Hapus
    3. Habisnya di sini dingin, jadi baku dengan sendirinya *eh, itu beku yak :D. nggak jugaaa, huaha.

      Hapus
    4. Kesian.. Pasti jomblo yak :P

      Hapus
    5. Lah, apa hubungannya?, hhaha. oh, apa jombloers butuh kehangatan?, buahaha :D

      Hapus
  5. Hmmmm, saya juga ga ngerti mas. Jadi nyimak aja deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wadu, penjelsan saya sulit dipahami, yah :D. terima kasih, Mas :)

      Hapus
  6. Wow...salut saya....kamu punya bakat loh buat jadi auditor, akuntan atau orang finance yang andal. Kayaknya telaten dan teliti banget ya....

    Saya dari dulu nggak pernah berhasil membuat catatan pengeluaran secara detil per bulan. Pasti lupa terus dan nggak disiplin memasukan data. BTW, untungnya internet banking di sini saat kita log-in ke rekening di bank bersangkutan juga ada diagram yang otomatis menggambarkan persentase pengeluaran untuk ini atau itu (itemnya dimasukkan manual dengan kursor dan namanya juga kita buat sendiri). Jadi ada deh gambaran pengeluaran terbesar buat apa dan pengeluaran mana yang bisa di-cut dll. Bisa dibuat per bulan atau per tahun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, Mbak. waah, Amiin.. tak Amini, Mbak, hhehe. belajar membiasakan diri begitu, Mbak. jadi biar terbiasa nantinya.

      Untuk menghindari lupa, saya sementara dicatat di kertas polos, Mbak. kalau habis melakukan transaksi terus langsung dicatat agak repot juga, dan kalau nunggu malamnya, keburu semeraut urutannya. karena kebiasaan, jadi sudah jadi rutinitas mencatat setiap pengeluaran. oh gitu yah, Mbak, entak tuh. Bisa sekalian membantu melihat pergerakan dari pengeluaran. saya lihat di fitur i-banking nggak sedatail yang mbak punya, nggak ada, hanya menu biasa, hhehe.

      Hapus
    2. Itu fitur i-banking bank sini soalnya :) namanya skandia banken (salah satu bank besar di Norwegia dan Swedia, nggak tahu di Denmark gimana)...saya salut banget dengan fitur2x mereka kayak fitur sekuriti dan kemudahan konsumen dalam melacak transaksi dll Sayang bank Indonesia masih belum jauh berpikir begitu ya...

      Hapus
    3. Oh begitu yah, Mbak. enak sekali, jadi nasabah dimudahkan tidak hanya dalam transaksi saja. andai saja di Indonesia menerapkan hal itu juga yah. beberapa sepertinya masih sebatas transaksinya saja, mutasi, dsb. tidak ada pelaporan yang menunjukkan data seperti itu. makasih, Mbak, nambah informasi ke saya ;)

      Hapus
  7. Hmmmm..... kalau saya boleh usul.... di Ms. Excell-nya sebaiknya ditulis itemnya juga.... Bukan apa2x...kalau hanya ditulis nominal berarti musti ada buku atau catatan pelengkap...nah, yang jadi masalah kan kalau bukunya keselip atau hilang.... Biasanya sih, orang keuangan selalu ada catatan di buku, file di Ms.Excell dan back-up komputer :) Yang bagus lagi di tiap kwitansi diberi juga nomer yang sesuai dengan pencatatan di buku dan di excell supaya kalau sewaktu2x butuh di cek maka nggak bingung berpikir ini kwitansi dari transaksi apa... Ini sih berdasarkan pengalaman saja....orang2x finance di kantor biasanya melakukan ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya menggunakan excel untuk memudahkan dalam perhitungannya, Mbak. awalnya mau tak masukkan juga nama item, tapi agak ribet, hhaha, malasnya dua kali jadinya. dan lebih memilih di buku, karena menghindari perubahan itu, meski yang melakukan pencatatan saya sendiri. tapi benar apa yang Mbak katakan, resiko hilang. Di excel juga ada reskio gitu, saya juga membackupnya, jaga-jaga. Mungkin sayanya saja yang nggak bisa sedetail orang keuangan, Mbak, uhihihi. Kemarin ada file saya yang lupa passwordnya, si excel tak password, eh lupa, huhaha. Kalau untuk kwitansi, saya juga masih simpan semuanya, Mbak. bertumpuk-tumpuk, dan juga bekas struk ATM, masih ada semua juga. ya nggak semua, sih, ada yang keselit, keburu hilang, hhehe.

      Wah, Mbak, makasih banyak saran dan masukannya. banyak yang saya dapatkan. sangat bagus sekali, saya semakin tahu apa saja yang perlu diperbaiki. sekali lagi, terima kasih yah, Mbak. makasiiiiih ;)

      Hapus
    2. Sami-sami.... Itu sih saran dari finance officer kantor saya di Oslo ke finance officer kantor lokal waktu dia berkunjung ke Indonesia.... Sayanya cuma nguping aja, soalnya kan cuma koordinator project yang banyak fokus ke project cycle rutin, sementara buat urusan finance detilnya pasti nyamperin orang finance tadi... tahu sih tentang keuangan, tapi yang garis besar aja :)

      Hapus
    3. Waaaaah, gitu. tapi Mbak sudah ngerti, meski tidak jadi pelaku keuangannya. butuh ketelatenan yah, harus cermat gitu yah, Mbak. beban bagian keuangan berat, beresiko :D

      Hapus
  8. kalo udah overload..palingan orang yg pertama njerit..ya is3 sy :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhaha, kalau sudah beristri, bisa jadi gitu, Mas. kalau seperti saya yang masih sendiri, nggak ada singgungan kanan-kiri :D

      Hapus
  9. aduh, ribet banget kayaknya....pusing gue lihat metode pencatatannya, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhehe, metode anak kecil gini, Mas. jadi susah dimengerti, gak bisa, aneh. hohoho.

      Hapus
  10. kalo udah urusan angka, mending saya nyerah saja. hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum nyoba nih, jangan keburu nyerah, Mbak. Belanda makin menjauh *LOH, hhehe.

      Hapus
  11. waduh.... semuanya tercatat... mantap.
    emang kalau mau mau teratur dan terjaga kondisi keuangan, harus dicatat dengan baik :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyah, Mas, saya catat di buku besar, hihi.
      Membiasakan diri, biar bisa ngontrol, dan ngoreksi apa yang perlu, dan apa yang mestinya tidak perlu dibeli, lagi.

      Hapus
  12. Wah saya nggak paham, nggak ngerti mas.. Ini ngitungin apa sih sebenernya.? Dan RBP itu apa sih.?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Perhitungan dari rekapan pengeluaran saya, Mas, hehe. RBP (Rekapitulasi Biaya Pengeluaran). Mas mungkin melewatkan alinea pertama, di ujungnya saya mengatakan "Oh iyah, kalau belum nyambung, bisa dibaca pembahasan sebelumnya. Jika sudah, saya akan langsung memulainya dari:". tidak maksud memaksa, mengingatkan biar tahu alurnya, hhe. :)

      Hapus
  13. Ini udah akuntansi lumayan rumit juga ya.. tapi jadi ketahuan beapa pengeluaran kita sebenarnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hanya pencatatan biasa, Mas. tidak mekakai perhitungan secara akuntansi :)

      Hapus
  14. Kalau aku kagak di catet mas, soalnya takut jadi orang yang pelit ntarnya, hehehe
    Tapi, kalau kagak di catet emang boros sih :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Loh, kok gitu?, hhehe. saya pernah meyampaikan di postingan yang lalu, kalau saya kutip ulang begini bunyinya "Perlu dimengerti, semua pecatatan ini tidak bermaksud perhitungan. Iya, memang perhitungan, dalam artian sistematis. Tapi bukan perhitungan yang membuat saya jadi enggan mengeluarkan biaya ini, itu. Tidak, selama memang diperlukan, kenapa tidak?.". dan Pelit dengan Hemat beda, Mas, jadi kalau saya lebih milih berhemat :)

      Hapus
  15. walah mas Richo cowok kok teliti amat ya, ihhhh jadi gemes deh *hahaha pegang panci* saya dulu juga sempat membukukan pengeluaran harian saya tapi langsung ke buku besarnya aja mas Richo, nggak sampai ke komputer hahaha kecuali kalau lagi ada Tugas akuntasi saat SMK dulu hehehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhehe, membiasakan diri, Mbak, biar terlatih. aduu, yang habis nyentuh Panci, auuuu :D. oh gitu, jadi sama-sama dicatat juga yah, Mbak. wah, akuntansi?, samaaaaaa, saya juga jurusan akuntansi di SMK, hhehe. tooos :D

      Hapus
    2. heheh wah mas Richo kok sama melulu ya dari keamrin jangan-jangan kita saudara kembar tang tertinggal eh tertukar kwkwkwkw. *tosss bekas megang panci kenan angus* tau angus ndak? hahahai

      Hapus
    3. APAAAAA?, jaa.. jjaaadd.. jaaddiiiii, Mbak saudara saya yang lama terpisah?, saya selama ini hanya diceritakan oleh Ibu *efek sinetron, hahai. waa, iya ini belepotan. haha. tahuu, hangus gitu yah :D

      Hapus
    4. Hahaha ngakak saya bacanya, hadeh mas richo bisa juga jadi pemain sinetron hohoho, angus itu item-itemyang menempel pada wajan atau panci mas, kalau kita nyenggol sedikit bisa kena, angus bahasa jawa dot com lho

      Hapus
    5. Loh, Mbak ngakak, saya nangis, nangis terharu baru menyadari keberanan ini. *ngelap ingus. bisa dong, kalau saja saya casting film, uuuh, sudah pasti tidak akan lolos. siapa dulu, saya gitu, muahaha. oh yang itu, haha, salah sambung. pokoknya tanggungjawab, jadi item gini :D

      Hapus
  16. Gokil, telaten banget...

    Kamu kayaknya cocok banget jadi akuntan....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dibiasakan gitu soalnya, Mas. hhehe.
      Amiiiin, semoga doanya terkabulkan yah, Mas :D

      Hapus
  17. banyak juga ya caranya mas, terus terang saya pueniiiiing heehee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyah, Mas, banyak, yang sederhana ini dipakai saya :D. haha, Mas nih curhat yak? :D

      Hapus
  18. dulu sering pake excel sekarang udah nggak pernah pake lagi jadi lupa deh sama rumus-rumusnya hehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh gitu yah, Mas. hehe, kalau lama nggak dimainkan rentan lupa, saya juga ngalami, Mas. hhaha. banyak sekali rumusnya :D

      Hapus
  19. Salut, lengkap dan detail banget, akuntan sejati nih. saya ga pernah berhasil mencatat pengeluaran, walau dulu sering ngelihat bapak saya jg suka melakukan pencatatan pengeluarannya, tapi cuma untuk pengeluaran besar aja*lebih tepatnya biaya sekolah anak-anaknya :)
    *saya juga sudah lama sekali tidak utak atik exel, lupa :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih acak-acakan, Mbak, hihi. Amin, akuntan ala anak SMK, hhaha. oh gitu, wah jadi tercatat semua oleh beliau yah, Mbak. disentuh lagi saja, Mbak, nanti si Excel cemburu sama si Word, yang sering digunakan ngetik artikel dll, hihihii.

      Hapus
  20. widiihhh rapi bener mas buku besarnya, kayaknya memang akuntan sejati sampai hal2 kecil juga hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih perlu banyak perbaikan, Mbak. Amiiiin, tak amini juga, hhehe. belajar jadi menteri keuangan diri sendiri :D

      Hapus
  21. Wuih canggih ya .. biasanaya ala paguyuban ibu2 sih saya ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhe, ada excel jadi makin dimudahkan, Bun. haha, ibu-ibu yang hebat ;)

      Hapus
  22. kalo tidak salah ini ada kaitannya sama akutansi deh? hehe
    untung aja sekarang udah ada excel.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada dikit, kalau sudah pencatatan dan pembukuan ranahnya akuntansi, tapi saya pakai cara sederhana, pencatatan biasa :D
      Iyah, benar, Mbak, belum lagi software khusus lainnya. tapi saya lebih memilih cara ini, sederhana dan ada bukti nyata (buku besar) :D

      Hapus
    2. hadeeh-.-ngeliat buku bejibun dengan angka pusing deh :p hehe
      btw panggil nama aja gausah mbak, aku masih muda kok :D hahaha

      Hapus
    3. Bukuya besar-besar, penggaris andalannya, juga kalkulator, wajib, hhaha. nggak juga, asik kok, hhaha *dibela :D
      Oh yaaah?, umur berapa Ibuk? *Eh, hihi. saya mah juga masih muda, muahaha :P

      Hapus
  23. Salut deh sama dek richo yang satu ini rajin bgt buat laporan pengeluarannya. Saya aja males dan tidak pernah. Jadi malu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, Bun. ingin membiasakan diri mencatatnya. hehe, Bunda mungkin nggak sempat saja, banyak yang dikerjakan :)

      Hapus
  24. aku bnr penasaran... kamu kuliahnya apa nih mas :)?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, saya lulusan S1 Sistem Informasi, Mbak :D, baru lulus 26 April 2014, kemarin, hihi. lah, curhat :D

      Hapus
  25. Kayak suamiku nih, rajin dann teliti :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga ketularan suaminya Mbak El, hhihi. Amin :D

      Hapus
  26. Kalau soal tulis menulis mengeluaran dan pendapatan aku paling pusing. karena begitu jelimetnya. Tapi aku lebih suka langusung menggunakan MS Exsel terasa lebih praktis, tidak bikin capek tangan dan hemat tinta :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas mungkin kondisinya saat pencatatan lagi kurang fit, jadi bikin pusing, perlu istirahat, hihihihihi. Iyah, Mas, tinggal masukkan saja, hehe. tapi menghindari resiko filenya korup, atau hilang dsb. jadi saya mengutamakan mencatat di buku besar itu :D

      Hapus
  27. saya jg dulu suka pakai excel, skarang mah pakai aplikasi money lover di ponsel :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh, jadi semakin praktis yah, Mbak. saya juga download aplikasi serupa, memang enak, juga tanpa perlu repot melakukan perhitungan atau membuat presentase tiap periodenya. tapi biar ada bukti nyata dan bisa disimpan selama mungkin, tanpa terikat sama aplikasi itu sendiri :D

      Hapus
  28. ngerinya akuntansi....
    banyak banget buku dan jurnalnya... saya dulu sempat belajar, dan... :D :D
    yahh alhamdulillah 'ala kullihaal...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak juga, Mbak, hihihi.
      wah, kalau akuntansi memang bermasam-macam, tapi ini mah catatat biasa, mbak :D
      oh dulu sempat belajar, hehe, dan kenapa?, hihi.

      Hapus
  29. Semuanya ga pernah sy lakukan kalo untuk pribadi, tp boleh juga sesekali coba, biar penerimaan pengeluarannya lebih jelas, lebih terperinci, Sip deh.
    Salam!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dicoba, Mas. seru nyatat gituan, hhehe. biar bisa dipantau sejauh mana besarnya pengeluaran kita, Mas. hhehe.
      Salam kembali :)

      Hapus
  30. banyak banget catetannya....

    pusing :s

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dikit kok, Mas, sudah dipisah jadi beberapa bagian, hoho.
      Pusing?, minum *, hhaha (sensor)

      Hapus
  31. Saya juga dulu suka nyatetin pengerluaran, tapi gak sampe sedetail ini sih mas, cuma ditahap catet asal dibuku hhihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dulu?, sekarang sudah nggak nyatat lagi, Mbak Ran?, ayuk lagii, hhaha. iyah, yang penting juga tercatat, Mbak :D

      Hapus
  32. laporan catatannya lengkap sekali ya mas, keren dan salut (h) :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih mengupayakan selengkap mungkin, Mas, itu masih semeraut :D, terima kasih ;)

      Hapus