Melanjutkan
pembahasan saya mengenai pencatatan RPB, kali ini akan memaparkan media yang
digunakan untuk mencatat seluruh pengeluaran dan sekaligus metode
pencatatannya. Semua dilakukan atas inisiatif pribadi dan dilakukan dengan cara
biasa. Tak jauh beda seperti Ibu-ibu yang mencatat untuk kebutuhan belanjanya, hihihi *dijewer anggota
paguyuban Ibu-ibu. Jadi, tidak ada yang rumit dari kedua bahasan ini, apalagi
spesial. Tidak. Oh iyah, kalau belum nyambung, bisa dibaca pembahasan sebelumnya. Jika
sudah, saya akan langsung memulainya dari:
MEDIA PENCATATAN
Saya memerlukan tiga
media untuk mencatat setiap pengeluaran yang ada. Masing-masing memiliki fungsi
dan kegunaan tersendiri. Namun, ketiganya
masih saling terkait satu sama lain. Pertama, saya menggunakan kertas polos
ukuran B5. Kedua, menggunakan buku besar dan yang ketiga, memanfaatkan lembar
kerja di Microsoft Excel. Berikut masing-masing penjelasannya:
1. Kertas B5
Untuk pertama kalinya
pengeluaran saya catat pada kertas kosong. Karena dalam satu hari terdapat
sekurang-kurangnya dua transaksi, yang meliputi kebutuhan pokok, yaitu makan.
Dan selebihnya kadang tidak menentu. Yah, tergantung kebutuhan yang diperlukan pada
hari itu. Jadi untuk mengingatnya, saya mencacat sementara pada media ini.
*) Abaikan tintanya, haha.
Itu beberapa tumpukan
kertas yang sudah saya gunakan dan seluruhnya bolak-balik berisi rekapan
sementara. Mulanya saya langsung memindahkan ke buku besar, tapi daripada pencatatannya
ribet dan tidak dalam satu waktu. Jadi sementara saya catat dulu dan
kemudian barulah dipindah secara bersamaan, dalam satu periode/hari.
2. Buku Besar
Setelah dicatat
menggunakan media pertama, selanjutnya dipindah ke Buku Besar. Buku besar di sini berbeda dengan istilah di akuntansi. Jadi bukan Jurnal Buku Besar. Kalau di sini disebut buku besar melalui kriteria fisik (iyah, karena bukunya besar, hihi). Biasanya saya
lakukan ketika malam hari. Kalau sebelumnya saya tulis asal-asalan, maksudnya
asal dicatat saja, tak peduli tulisannya gak jelas, atau mencong sekalipun,
asalkan saya sendiri bisa mengerti. Ah, mau
bilang tulisan jelek susah amat, Cho!. Iyah, setelah itu dipindahkan ke buku besar, dengan
mulai memperhatikan kerapian pencatatannya. Pret, masih amburadul.
*) Buku besar
*) Rekapan di buku besar
Oh iyah, kalau
dicermati kolomnya bertulisan Debet dan Kredit. Itu tidak menginformasikan
kedudukan secara akuntansi, yah. Lagi-lagi, tidak. Jadi tidak berarti harus seimbang antara debet
dan kredit. Sementara saya hanya memfungsikan kolom debet untuk mengisi BBR dan
Kredit untuk BPKnya. Karena bukunya sudah tercetak seperti itu. Haha, belinya
yang begituan.
3. Lembar Kerja (Excel)
Media ini saya
gunakan untuk mencatat nominalnya saja. Yah, sekedar untuk memudahkan dalam
penjumlahannya. Sedangkankan kalau intuitif, resiko ada kesalahan. Kalaupun menggunakan
kalkulator juga agak repot dan lama. Biar lebih mudah dan memastikan hasil perhitungan
datanya valid, jadinya saya menggunakan excel untuk menghitungnya.
*) Salah satu contoh, di perioede
November 2013
Perbedaan warna pada
sel tertentu, itu karena saya atur menggunakan “Conditional
Formatting”. Kalau dimasukkan nominal
di atas atau sama dengan Rp. 10.000,-, maka selnya akan berwarna lebih gelap. Tidak
ada kekhususan sih, hanya saja membuat pembeda dari nominal di bawahnya. Biar terlihat
mencolok pengeluaran yang membengkak.
METODE PENCATATAN
Seperti yang sudah saya singgung di atas, proses
pencatatannya tidaklah rumit, sederhana sekali. Mungkin lebih tepatnya sudah
saya sampaikan di penjelasan “Media Pencatatan”. Tetapi, di sini saya ingin
membahas mengenai alur pencatatan di excelnya dan terakhir dari hasil akhir
Laporan RBPnya.
Ok, rumus yang paling banyak digunakan di sini
adalah SUM. Semua pengeluaran dijumlahkan berdasarkan tanggalnya.
Berapapun nominal pengeluarannya, tetap akan dijumlah sesuai periodenya. Setelah akhir bulan,
kemudian di jumlah secara keseluruhan dan hasilnya adalah total kotor
RBP/bulan.
Saya sebut kotor, karena di dalamnya masih terdapat
biaya sewa kos. Dan saya anggap itu sebagai biaya wajib, di luar pengeluaran
atas kebutuhan pribadi. Tetapi, biaya sewa kos masih termasuk dalam pengeluaran
BPK. Hanya saja total bersih dihitung untuk melihat sejauh mana pengeluaran
saya, di luar biaya sewa kos. Kalau saya kasih contoh perihitungannya seperti
ini:
*) Tanggal
07 November dan seterusnya juga dijumlahkan
Ada kondisi mana kala saya tidak sedang berada di
Malang. Iyap, ketika mudik. Otomatis tidak ada pencatatan sama sekali. Lawong
nggak ada transaksi, yah. Karena RBP secara khusus hanya mencatat pengeluaran
selama berada di Malang, termasuk ongkos transportnya dari rumah atau
sebaliknya. Sehingga pada kolom di atas, saya kosongkan dengan memberikan penanda
seperti di bawah ini:
*) Ini edisi
mudik begitu, hhehe
Pada saat mendekati akhir bulan. Mulai
dilakukan pengelompokan dari jumlah RBP dan juga BPK. Yang menjadi acuan saya di
sini adalah Buku Besar. Dan, biasanya saya pertama kali menjumlahkan seluruh
BBR terlebih dahulu. Jika hasilnya sudah diperoleh, barulah tinggal mengurangi
total RBP dengan BBR. Maka hasilnya berarti total BPK. Bisa dipahami, Kan?, ok
sip!.
*) Ini
contohnya masih di bulan November 2013,
waktu itu
sempat jualan pulsa juga, haha. *tutup lapak :D
Selanjutnya, apabila sudah masuk akhir tahun.
Seperti tahun 2013 kemarin (2012 tidak bisa mewakili cerita, karena hanya mulai
dari bulan Desember 2012, saja), seluruh total RBP di setiap periodenya dikelompokkan
dalam tabel berikut ini:
*) Total RBP
setiap bulannya
Untuk memudahkan mengambil jumlah RBP setiap
bulannya. Tidak memasukkan secara manual, tetap lebih mudah
dengan memberi nama pada cell total
RBPnya. Tinggal klik cell tersebut,
dan di pojok kiri atas ada “Name Box”,
tetap disebelah kiri “Formula Bar”.
Kalau saya contohkan misal seperti ini:
*)
Misalkan saya memberinya nama: totaljan (jan, berarti Januari)
*)
Tinggal memanggilnya saja: =totaljan (nilai
pada sel tersebut akan muncul)
Kalau suatu ketika ada perubahan,
nilainya otomatis mengikuti perubahan tersebut. Biar tidak repot bolak-balik
menggantinya. Kalau nginputkan manual juga jauh lebih merepotkan dan lama. Ok,
sampai tahap ini sudah diketahui total RBP perbulannya. Tinggal pengelompokan
antara BBR dan RBP. Nanti hasilnya akan tertuang pada pembahasan tabel.
LAPORAN AKHIR TAHUN
Dari rentenan pencatatan yang saya lakukan, di
setiap akhir tahun (ah, baru tahun kemarin mencatat penuh). Berikutnya membuat
laporan akhir tahun, yang mencakup keseluruhan pengeluaran yang ada. Sehingga
laporannya kian mengerucut dan menjadi sebuah angka yang hanya mewakili total
pengeluaran setiap bulannya. Ini semakin memudahkan saya untuk mengetahui
secara menyeluruh. Laporan tersebut berupa tabel
dan grafik. Kalau saya urai menjadi:
1.
Tabel
Menginformasikan rekapan selama satu periode atau di
akhir tahun. Berdasarkan besarnya kebutuhan BBR dan BPK. Diperoleh dari satu
periode, yang dalam hal ini periode per-satu bulan. Secara urut mulai dari
Januari, Februari, Maret dan seterusnya, sampai dengan bulan Desember.
Informasi yang dapat dibaca melalui nominal hasil akhir di setiap periodenya
dan akumulasi keseluruhan selama satu periode penuh. Baik rincian Biaya Belanja
Rutin (BBR), maupun dari Biaya Penunjang Kebutuhan (BPK). Seperti nampak pada tabel
di bawah ini:
*) Tabel RBP
Oh iyah, pada poin keenam yang sebelumnya perna saya
sampaikan, mengenai maksud penggunaan warna pada tabel di atas. Bahwasanya,
warna pada baris tidak mempunyai arti khusus, hanya untuk membedakan. (seperti
penjelasan di sini).
Tetapi perhatikan, bulan September warna selnya coklak, karena bulan itu adalah
kelahiran saya. Jadi sesuai warna kesukaan saya. *halah, abaikan.
2.
Grafik
Terakhir saya juga membuat Laporan RBP
akhir tahun dalam bentuk grafik. Hanya untuk melengkapi penyampaian laporan akhir
tahunnya saja. Agar semakin mudah dianalisa. Selain itu juga memudahkan melihat
pergerakan dari naik turunnya pengeluaran di setiap bulannya. Secara kualitatif
biar mudah saya bandingkan, antara periode sebelumnya, berikutnya dan juga dari
keseluruhan datanya.
*)
Grafik RBP
Grafiknya di atas belum menunjukkan
informasi apapun. Saya cuma ambil contohnya saja, masih kosongan dan belum
diberi nilai. Sebenarnya ada satu lagi yang berupa catatan. Hanya saja isi dari catatan itu, tidak akan sama setiap
tahunnya. Di mana isinya menjelaskan sesuatu yang mendukung pelaporan RBPnya
saja.
***
Iyah, kurang lebihnya seperti itu. Mudah,
kan?. Mungkin ada yang mengatakan ribet. Iyah, karena sebagian besar
pencatatannya dilakukan secara manual. Masih saya salin satu persatu di buku
besar. Karena itu merupakan bukti fisik yang paling dijadikan
acuan, dalam menunjukkan setiap rupiah pengeluaran saya. Entah, dibelanjakan
untuk apa, semua ada bukti tertulisnya. Bukti berdasarkan struk pembelian dan
pengambilan di ATM juga ada. Seperti ini:
Saya memang sengaja
tidak mencatat RBP di excel saja. Meski jauh
lebih efektif dan praktis, tinggal ketik dan masukkan nominalnya, beres. Pada
awalnya berniatan seperti itu. Saya juga sudah pernah membuat format kolomnya.
Tapi tak lama kemudian saya kembali berfikir, kalau pencatatan di excel mudah
ganti dan dirubah angkanya. Jadi saya memilih menggunakan buku besar untuk mencatatnya.
Kan, di buku
besar juga bisa diganti, Cho?, tentu masih bisa.
Tapi setidaknya meninggalkan bekas, dan akan ada baris yang kosong. Kalau di
excel tidak akan berbekas sama sekali. Tinggal klik kanan - delete, selesai. Meskipun kalau ada
kesalahan juga dilakukan pengapusan, tapi itu dilakukan saat pencatatan
dibukukan, bukan setelah beberapa hari berlalu dan tentunya berbada pengertian
dari yang saya contohkan di atas. Karena itu bagian dari perbaikan saja.
Akhir kata, cukup sekian yang bisa saya sampaikan. Alah, kayak apa saja. Iya, biar ada
penutupnya, hhehe. Tanpa bermaksud lain, saya mulai membiasakan melakukan ini
semua. Menyenangkan sekali, tidak perlu dibebani apapun. Ngalir saja, semua tinggal
dicatat secara menyeluruh. Tidak berusaha menutup-nutupi, apalagi berniatan
memanipulasinya. Karena pada prinsipnya kejujuran itu penting. Ok, cukup.
NB: Semua media dan metode pencatatannya dilakukan
berdasarkan keterbatasan kemampuan penulisnya. Iyah, iyah, saya pemirsa. Jadi, mohon
jangan disamakan dengan perhitungan secara akuntansi loh, yah. Jauh, ini hanya
pembukuan sederhana saja. Ingat, isi poin ke-15 dan 16, silahkan bisa dibaca
ulang di ini.
*sungkem sama para Akuntan
Richo A. Nogroho
Malang, 09 Juli 2014
Rabu, 09 Juli 2014
/
/
Label :
RBP
Ini larinya nanti ke akuntansi ya mbak??
BalasHapussalam kenal ya
:)
minta komentarnya untuk kue saya
http://resepberbagaikueenak.blogspot.com/2014/07/cara-membuat-kue-pastel.html
begi g+ juga boleh
Hah?
HapusMbak?
Sejak kapan Richo pakek poni? :D
Untuk itungannya, saya salut mas.
Lanjutkan!
@Mbak Andiri Rahma: Aiih, Mbak?, hihihi. ok cin :D
HapusSalam kenal juga, Mbak, terima kasih kunjungan perdananya :)
Siap meluncur ke TKP, hahai.
@Mas Rosyid: Hhaha, saya juga heran, Mas, kok dia bisa tahu poni saya, yak? *EH, hhaha.
HapusWehe, makasih, Mas. lanjutkaaaan :D
hahaha,, mas richo jarinya mulai keriting
HapusHhaha, Mas juga kok tahu? :D, nyehehe.
HapusKan kemaren situ yg crita ke saya. :)
HapusHhahaha, jadinya lupa :D *sok polos
HapusMas richo rajin bingiiiit
BalasHapusMembiasakan diri, Mbak Nunu. hhehe :)
Hapusiya nih,,rajin banget,,aku kalah ma mas nya kalo urusan itung2ngan spt nih,,wah,,,geleng2 kepala,,dibuat salut :)
BalasHapusHihihi, biar terbiasa, saya mulai membiasakan diri, Mbak, hihi. ah, Mbak Dwi saking saja belum nyoba wa. geleng-geleng juga balasnya :D
HapusNgga ngerti.. Skip aja dah.. :P
BalasHapusHaha, hapus postingan, ah. hhaha.
HapusWkwkwk.. Ya abis bahasanya baku sih.. Postingannya panjang pulak :P
HapusHabisnya di sini dingin, jadi baku dengan sendirinya *eh, itu beku yak :D. nggak jugaaa, huaha.
HapusKesian.. Pasti jomblo yak :P
HapusLah, apa hubungannya?, hhaha. oh, apa jombloers butuh kehangatan?, buahaha :D
HapusHmmmm, saya juga ga ngerti mas. Jadi nyimak aja deh
BalasHapusWadu, penjelsan saya sulit dipahami, yah :D. terima kasih, Mas :)
HapusWow...salut saya....kamu punya bakat loh buat jadi auditor, akuntan atau orang finance yang andal. Kayaknya telaten dan teliti banget ya....
BalasHapusSaya dari dulu nggak pernah berhasil membuat catatan pengeluaran secara detil per bulan. Pasti lupa terus dan nggak disiplin memasukan data. BTW, untungnya internet banking di sini saat kita log-in ke rekening di bank bersangkutan juga ada diagram yang otomatis menggambarkan persentase pengeluaran untuk ini atau itu (itemnya dimasukkan manual dengan kursor dan namanya juga kita buat sendiri). Jadi ada deh gambaran pengeluaran terbesar buat apa dan pengeluaran mana yang bisa di-cut dll. Bisa dibuat per bulan atau per tahun.
Terima kasih, Mbak. waah, Amiin.. tak Amini, Mbak, hhehe. belajar membiasakan diri begitu, Mbak. jadi biar terbiasa nantinya.
HapusUntuk menghindari lupa, saya sementara dicatat di kertas polos, Mbak. kalau habis melakukan transaksi terus langsung dicatat agak repot juga, dan kalau nunggu malamnya, keburu semeraut urutannya. karena kebiasaan, jadi sudah jadi rutinitas mencatat setiap pengeluaran. oh gitu yah, Mbak, entak tuh. Bisa sekalian membantu melihat pergerakan dari pengeluaran. saya lihat di fitur i-banking nggak sedatail yang mbak punya, nggak ada, hanya menu biasa, hhehe.
Itu fitur i-banking bank sini soalnya :) namanya skandia banken (salah satu bank besar di Norwegia dan Swedia, nggak tahu di Denmark gimana)...saya salut banget dengan fitur2x mereka kayak fitur sekuriti dan kemudahan konsumen dalam melacak transaksi dll Sayang bank Indonesia masih belum jauh berpikir begitu ya...
HapusOh begitu yah, Mbak. enak sekali, jadi nasabah dimudahkan tidak hanya dalam transaksi saja. andai saja di Indonesia menerapkan hal itu juga yah. beberapa sepertinya masih sebatas transaksinya saja, mutasi, dsb. tidak ada pelaporan yang menunjukkan data seperti itu. makasih, Mbak, nambah informasi ke saya ;)
HapusHmmmm..... kalau saya boleh usul.... di Ms. Excell-nya sebaiknya ditulis itemnya juga.... Bukan apa2x...kalau hanya ditulis nominal berarti musti ada buku atau catatan pelengkap...nah, yang jadi masalah kan kalau bukunya keselip atau hilang.... Biasanya sih, orang keuangan selalu ada catatan di buku, file di Ms.Excell dan back-up komputer :) Yang bagus lagi di tiap kwitansi diberi juga nomer yang sesuai dengan pencatatan di buku dan di excell supaya kalau sewaktu2x butuh di cek maka nggak bingung berpikir ini kwitansi dari transaksi apa... Ini sih berdasarkan pengalaman saja....orang2x finance di kantor biasanya melakukan ini.
BalasHapusSaya menggunakan excel untuk memudahkan dalam perhitungannya, Mbak. awalnya mau tak masukkan juga nama item, tapi agak ribet, hhaha, malasnya dua kali jadinya. dan lebih memilih di buku, karena menghindari perubahan itu, meski yang melakukan pencatatan saya sendiri. tapi benar apa yang Mbak katakan, resiko hilang. Di excel juga ada reskio gitu, saya juga membackupnya, jaga-jaga. Mungkin sayanya saja yang nggak bisa sedetail orang keuangan, Mbak, uhihihi. Kemarin ada file saya yang lupa passwordnya, si excel tak password, eh lupa, huhaha. Kalau untuk kwitansi, saya juga masih simpan semuanya, Mbak. bertumpuk-tumpuk, dan juga bekas struk ATM, masih ada semua juga. ya nggak semua, sih, ada yang keselit, keburu hilang, hhehe.
HapusWah, Mbak, makasih banyak saran dan masukannya. banyak yang saya dapatkan. sangat bagus sekali, saya semakin tahu apa saja yang perlu diperbaiki. sekali lagi, terima kasih yah, Mbak. makasiiiiih ;)
Sami-sami.... Itu sih saran dari finance officer kantor saya di Oslo ke finance officer kantor lokal waktu dia berkunjung ke Indonesia.... Sayanya cuma nguping aja, soalnya kan cuma koordinator project yang banyak fokus ke project cycle rutin, sementara buat urusan finance detilnya pasti nyamperin orang finance tadi... tahu sih tentang keuangan, tapi yang garis besar aja :)
HapusWaaaaah, gitu. tapi Mbak sudah ngerti, meski tidak jadi pelaku keuangannya. butuh ketelatenan yah, harus cermat gitu yah, Mbak. beban bagian keuangan berat, beresiko :D
Hapuskalo udah overload..palingan orang yg pertama njerit..ya is3 sy :D
BalasHapusHhaha, kalau sudah beristri, bisa jadi gitu, Mas. kalau seperti saya yang masih sendiri, nggak ada singgungan kanan-kiri :D
Hapusaduh, ribet banget kayaknya....pusing gue lihat metode pencatatannya, hehe
BalasHapusHhehe, metode anak kecil gini, Mas. jadi susah dimengerti, gak bisa, aneh. hohoho.
Hapuskalo udah urusan angka, mending saya nyerah saja. hahaha
BalasHapusBelum nyoba nih, jangan keburu nyerah, Mbak. Belanda makin menjauh *LOH, hhehe.
Hapuswaduh.... semuanya tercatat... mantap.
BalasHapusemang kalau mau mau teratur dan terjaga kondisi keuangan, harus dicatat dengan baik :D
Iyah, Mas, saya catat di buku besar, hihi.
HapusMembiasakan diri, biar bisa ngontrol, dan ngoreksi apa yang perlu, dan apa yang mestinya tidak perlu dibeli, lagi.
Wah saya nggak paham, nggak ngerti mas.. Ini ngitungin apa sih sebenernya.? Dan RBP itu apa sih.?
BalasHapusPerhitungan dari rekapan pengeluaran saya, Mas, hehe. RBP (Rekapitulasi Biaya Pengeluaran). Mas mungkin melewatkan alinea pertama, di ujungnya saya mengatakan "Oh iyah, kalau belum nyambung, bisa dibaca pembahasan sebelumnya. Jika sudah, saya akan langsung memulainya dari:". tidak maksud memaksa, mengingatkan biar tahu alurnya, hhe. :)
HapusIni udah akuntansi lumayan rumit juga ya.. tapi jadi ketahuan beapa pengeluaran kita sebenarnya
BalasHapusHanya pencatatan biasa, Mas. tidak mekakai perhitungan secara akuntansi :)
HapusKalau aku kagak di catet mas, soalnya takut jadi orang yang pelit ntarnya, hehehe
BalasHapusTapi, kalau kagak di catet emang boros sih :(
Loh, kok gitu?, hhehe. saya pernah meyampaikan di postingan yang lalu, kalau saya kutip ulang begini bunyinya "Perlu dimengerti, semua pecatatan ini tidak bermaksud perhitungan. Iya, memang perhitungan, dalam artian sistematis. Tapi bukan perhitungan yang membuat saya jadi enggan mengeluarkan biaya ini, itu. Tidak, selama memang diperlukan, kenapa tidak?.". dan Pelit dengan Hemat beda, Mas, jadi kalau saya lebih milih berhemat :)
Hapuswalah mas Richo cowok kok teliti amat ya, ihhhh jadi gemes deh *hahaha pegang panci* saya dulu juga sempat membukukan pengeluaran harian saya tapi langsung ke buku besarnya aja mas Richo, nggak sampai ke komputer hahaha kecuali kalau lagi ada Tugas akuntasi saat SMK dulu hehehehe.
BalasHapusHhehe, membiasakan diri, Mbak, biar terlatih. aduu, yang habis nyentuh Panci, auuuu :D. oh gitu, jadi sama-sama dicatat juga yah, Mbak. wah, akuntansi?, samaaaaaa, saya juga jurusan akuntansi di SMK, hhehe. tooos :D
Hapusheheh wah mas Richo kok sama melulu ya dari keamrin jangan-jangan kita saudara kembar tang tertinggal eh tertukar kwkwkwkw. *tosss bekas megang panci kenan angus* tau angus ndak? hahahai
HapusAPAAAAA?, jaa.. jjaaadd.. jaaddiiiii, Mbak saudara saya yang lama terpisah?, saya selama ini hanya diceritakan oleh Ibu *efek sinetron, hahai. waa, iya ini belepotan. haha. tahuu, hangus gitu yah :D
HapusHahaha ngakak saya bacanya, hadeh mas richo bisa juga jadi pemain sinetron hohoho, angus itu item-itemyang menempel pada wajan atau panci mas, kalau kita nyenggol sedikit bisa kena, angus bahasa jawa dot com lho
HapusLoh, Mbak ngakak, saya nangis, nangis terharu baru menyadari keberanan ini. *ngelap ingus. bisa dong, kalau saja saya casting film, uuuh, sudah pasti tidak akan lolos. siapa dulu, saya gitu, muahaha. oh yang itu, haha, salah sambung. pokoknya tanggungjawab, jadi item gini :D
HapusGokil, telaten banget...
BalasHapusKamu kayaknya cocok banget jadi akuntan....
Dibiasakan gitu soalnya, Mas. hhehe.
HapusAmiiiin, semoga doanya terkabulkan yah, Mas :D
banyak juga ya caranya mas, terus terang saya pueniiiiing heehee
BalasHapusIyah, Mas, banyak, yang sederhana ini dipakai saya :D. haha, Mas nih curhat yak? :D
Hapusdulu sering pake excel sekarang udah nggak pernah pake lagi jadi lupa deh sama rumus-rumusnya hehe...
BalasHapusOh gitu yah, Mas. hehe, kalau lama nggak dimainkan rentan lupa, saya juga ngalami, Mas. hhaha. banyak sekali rumusnya :D
HapusSalut, lengkap dan detail banget, akuntan sejati nih. saya ga pernah berhasil mencatat pengeluaran, walau dulu sering ngelihat bapak saya jg suka melakukan pencatatan pengeluarannya, tapi cuma untuk pengeluaran besar aja*lebih tepatnya biaya sekolah anak-anaknya :)
BalasHapus*saya juga sudah lama sekali tidak utak atik exel, lupa :(
Masih acak-acakan, Mbak, hihi. Amin, akuntan ala anak SMK, hhaha. oh gitu, wah jadi tercatat semua oleh beliau yah, Mbak. disentuh lagi saja, Mbak, nanti si Excel cemburu sama si Word, yang sering digunakan ngetik artikel dll, hihihii.
Hapuswidiihhh rapi bener mas buku besarnya, kayaknya memang akuntan sejati sampai hal2 kecil juga hehe
BalasHapusMasih perlu banyak perbaikan, Mbak. Amiiiin, tak amini juga, hhehe. belajar jadi menteri keuangan diri sendiri :D
HapusWuih canggih ya .. biasanaya ala paguyuban ibu2 sih saya ...
BalasHapusHhe, ada excel jadi makin dimudahkan, Bun. haha, ibu-ibu yang hebat ;)
Hapuskalo tidak salah ini ada kaitannya sama akutansi deh? hehe
BalasHapusuntung aja sekarang udah ada excel.
Ada dikit, kalau sudah pencatatan dan pembukuan ranahnya akuntansi, tapi saya pakai cara sederhana, pencatatan biasa :D
HapusIyah, benar, Mbak, belum lagi software khusus lainnya. tapi saya lebih memilih cara ini, sederhana dan ada bukti nyata (buku besar) :D
hadeeh-.-ngeliat buku bejibun dengan angka pusing deh :p hehe
Hapusbtw panggil nama aja gausah mbak, aku masih muda kok :D hahaha
Bukuya besar-besar, penggaris andalannya, juga kalkulator, wajib, hhaha. nggak juga, asik kok, hhaha *dibela :D
HapusOh yaaah?, umur berapa Ibuk? *Eh, hihi. saya mah juga masih muda, muahaha :P
Salut deh sama dek richo yang satu ini rajin bgt buat laporan pengeluarannya. Saya aja males dan tidak pernah. Jadi malu
BalasHapusTerima kasih, Bun. ingin membiasakan diri mencatatnya. hehe, Bunda mungkin nggak sempat saja, banyak yang dikerjakan :)
Hapusaku bnr penasaran... kamu kuliahnya apa nih mas :)?
BalasHapusHehehe, saya lulusan S1 Sistem Informasi, Mbak :D, baru lulus 26 April 2014, kemarin, hihi. lah, curhat :D
HapusKayak suamiku nih, rajin dann teliti :)
BalasHapusSemoga ketularan suaminya Mbak El, hhihi. Amin :D
HapusKalau soal tulis menulis mengeluaran dan pendapatan aku paling pusing. karena begitu jelimetnya. Tapi aku lebih suka langusung menggunakan MS Exsel terasa lebih praktis, tidak bikin capek tangan dan hemat tinta :)
BalasHapusMas mungkin kondisinya saat pencatatan lagi kurang fit, jadi bikin pusing, perlu istirahat, hihihihihi. Iyah, Mas, tinggal masukkan saja, hehe. tapi menghindari resiko filenya korup, atau hilang dsb. jadi saya mengutamakan mencatat di buku besar itu :D
Hapussaya jg dulu suka pakai excel, skarang mah pakai aplikasi money lover di ponsel :D
BalasHapusOh, jadi semakin praktis yah, Mbak. saya juga download aplikasi serupa, memang enak, juga tanpa perlu repot melakukan perhitungan atau membuat presentase tiap periodenya. tapi biar ada bukti nyata dan bisa disimpan selama mungkin, tanpa terikat sama aplikasi itu sendiri :D
Hapusngerinya akuntansi....
BalasHapusbanyak banget buku dan jurnalnya... saya dulu sempat belajar, dan... :D :D
yahh alhamdulillah 'ala kullihaal...
Nggak juga, Mbak, hihihi.
Hapuswah, kalau akuntansi memang bermasam-macam, tapi ini mah catatat biasa, mbak :D
oh dulu sempat belajar, hehe, dan kenapa?, hihi.
Semuanya ga pernah sy lakukan kalo untuk pribadi, tp boleh juga sesekali coba, biar penerimaan pengeluarannya lebih jelas, lebih terperinci, Sip deh.
BalasHapusSalam!
Dicoba, Mas. seru nyatat gituan, hhehe. biar bisa dipantau sejauh mana besarnya pengeluaran kita, Mas. hhehe.
HapusSalam kembali :)
banyak banget catetannya....
BalasHapuspusing :s
Dikit kok, Mas, sudah dipisah jadi beberapa bagian, hoho.
HapusPusing?, minum *, hhaha (sensor)
Saya juga dulu suka nyatetin pengerluaran, tapi gak sampe sedetail ini sih mas, cuma ditahap catet asal dibuku hhihi
BalasHapusDulu?, sekarang sudah nggak nyatat lagi, Mbak Ran?, ayuk lagii, hhaha. iyah, yang penting juga tercatat, Mbak :D
Hapuslaporan catatannya lengkap sekali ya mas, keren dan salut (h) :D
BalasHapusMasih mengupayakan selengkap mungkin, Mas, itu masih semeraut :D, terima kasih ;)
Hapus