Kemarin malam baru tiba kembali di Malang, sekitar pukul 20.19 WIB. Sejak
keberangkatan kami (Matras) dua hari yang lalu ke Blitar dan Kediri. Terdiri dari saya,
Yosef,
Bagus,
Kiki
dan
Santi. Tuk berlibur sejenak dari rutinitas kuliah. Diantaranya pergi berwisata ke
makam Bung Karno, Candi Penataran, dan yang terakhir ke Simpang Lima Gumul. Baiklah, tanpa panjang lebar, berikut cerita sederhana dari kami. Cekibroot :D.
Sebelum berangkat, terlebih dahulu kami semua berkumpul di kosan Bagus. Sementara untuk sarana transportasi, kami menggunakan kendaraan roda dua (motor). Saya ngebonceng Yosef, dan Bagus bersama Kiki. Sedangkan Santi, ia hanya
seorang diri¹, sekaligus sebagai komandan perjalan. Karena, dia yang paling mengerti rute perjalanan yang akan ditempuh, menuju rumahnya. Singkat cerita, sekitar pukul 07.44 WIB, perjalanan kami dimulai.
seorang diri¹: Bukannya tidak ada
emansipasi wanita, dikarnakan Yosef kurang begitu bisa mengendari motor. Jadi
dia boncengan dengan saya. Selain itu, bagi Santi, ini merupakan perjalan yang
biasa (Malang - Blitar), seperti halnya saat dia hendak akan pulang kampung -
rutin dilakukan setiap hari Jum'at, setelah pulang kuliah.
BLITAR
Kami Tiba di rumah Santi sekitar pukul 10.15 WIB.
Perjalanan dari Malang ke Blitar kurang lebih menghabiskan waktu sekitar dua
jam lamanya. Puji syukur tidak ada hambatan berarti, tidak ada hujan ataupun
kendala lain yang tidak kami inginkan.
Kami semua sepakata, bahwa jalan-jalan pertama akan dimulai pukul 13.30 WIB.
Sebelum itu, kami beristirahat dari lelah selama perjalanan dari Malang. Mulai makan,
mandi, dan sholat. Semua kami lakukan sebelum melakukan wisata pertama. Setelah
melihat jam dinding menunjukkan waktu yang ditentukan, kami siap-siap memulai
wisata. Tak ketinggalan kami ditemani oleh Safuan,
dia teman Santi, yang masih satu kampung dengannya.
Sesuai rencana, tujuan pertama berwisata religi
ke makam Sang Proklamato, Bung Karno. Letaknya di Kelurahan Bendongerit,
Kecamatan Sanan Wetan, Kota Blitar. Membutuhkan waktu 20 menitan untuk sampai
di sana.
Komplek Makam Bung Karno
Setibanya di sana, diawali
memasuki area museum². Menampilkan koleksi pusaka dan beberapa
peninggalan penting lainnya. Paling banyak menampilkan foto-foto yang
mengisahkan perjalanan hidup dari sosok karismatik presiden pertama
negara kita tersebut. Sehingga membuat kami, salah satu pengunjung di
sana. Dapat lebih banyak memperoleh informasi tentang segala sesuatu
yang berkaitan dengan sepak terjang perjuangan Putra Sang Fajar itu,
semasa hidupnya.
museum²: Perpustakaan dan Museum Bung Karno ini langsung diresmikan oleh Putrinya sendiri, sekaligus mantan Presiden RI kelima, yaitu Ibu Megawati Soekarno Putri, pada tanggal 03 Juli 2004.
*) Museum Bung Karno
Sehubungan dengan
gerimis, kami berencana memasuki perpustakaannya, selagi nunggu sampai
reda untuk menuju ke komplek pemakaman. Tapi tidak jadi, karena ribet
untuk menitipkan tas, dan barang-barang bawaan. Sehingga, beberapa menit
dihabiskan menunggu di depan patung replika dari Bung Karno . Pose dari
patung Bung Karno tersebut sedang membaca sebuah buku. Dalam posisi
duduk dan kaki yang menyilang. Dengan tinggi patung hampir mencapai tiga
meteran.
Namun, tak ingin membuang
waktu terbuang lama menunggu. Kami memaksakan menuju area pemakaman di
mana jasad beliau disemayamkan. Pintu masuk berupa gapura yang diapit
oleh relung kecil di kiri dan kanannya. Maka tibalah kami di pelataran
makam. Terlihat cungkup yang berbentuk bangunan Joglo dan makam Bung
Karno berada di tengah-tengah, dengan penanda nisan berupa Batu Pualam
Hitam, besar sekali diameternya. Posisi makam tepat diapit pusara ayah
dan ibunya. Singkat cerita, kami sejenak berdoa bersama di sana.
*) Area makan Bung Karno
Hampir 30 menit berlalu, kami mulai beranjak dari pelataran
makam. Perlahan mulai meninggalkan kompleks pemakaman dan berencana
melanjutkan jalan-jalan berikutnya. Dan Candi Penataran, menjadi tempat
kunjungan kedua kami selama berwisata di Blitar. Terletak di desa
Penataran, kecamatan Nglegok, kabupaten Blitar. Jarak tempuh dari makam
Bung Karno sekitar 10 km.
Kami tiba di sana saat waktu menunjukkan pukul
15.20 WIB. Suasana sejuk, tenang, tidak ada kebisingan. Menjadi pemandangan
kami di sore itu. Berdasarkan prasasti yang tersimpan di sana, candi ini
diperkirakan dibangun pada masa kepemimpinan Raja Srengga, yaitu dari Kerajaan
Kadiri sekitar tahun 1200 Masehi. Kemudian berlanjut dipergunakan sampai masa
pemerintahan Wikramawardhana, Raja Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1415. (berdasar
Wikipedia)
Di pintu
masuk disambut oleh dua patung besar, sepertinya sosok laki-laki dan
perempuan. Lalu, lima meter dari itu tempat mengisi daftar hadir bagi
pengunjung. Setelah kami mengisinya, saatnya menikmati beberapa bangunan
dari candi Penataran. Bagus juga candinya, terutama yang besar yang
letaknya paling belakang. Di sepanjang bangunannya terukir ‘seperti’
simbol Shio. Kamipun semua naik ke atasnya, dan seperti biasa
hunting-hunting foto bersama. Pemandangan dari atas keren, sekeliling
komplek candi bersih, hampir tidak terlihat sampah satupun.
*) Naik di atas bangunan candi yang paling besar
Oh iya, kami belum mengenalkan seseorang yang sejak awal
sudah menemani kami selama berwisata. Sosok yang sangat disegani di kota
Blitar sampai ke kabupatennya. Beliau ialah Gusti Kanjeng Ratu Restu
Mangkulodoyo II. Yah, beliau salah satu sahabat kami yang ternyata
selama ini sangat lihai menyembunyikan identitas sebenarnya. Nuwun sewu
Kanjeng Restu :)
Peringatan: apabila ada kesamaan nama tokoh dan tempat, itu murni karena adanya unsur kesengajaan. Hhaha, just for fun ;)
Cukup lama kami bercanda gurau di atas bangunan candinya,
bersama Gusti Kanjeng Ratu. Itulah yang menjadikan kami semakin hanyut
dalam suasana yang seakan kami hidup di zaman kerajaan. Baiklah, kembali
lagi sedikit lagi membahas candi Penataran. Masih di komplek candi, di
bagian belakang tenggara terdapat sebuah kolam. Kami sempat pergi untuk
melihatnya sebentar. Kurang begitu tahu dulu difungsikan untuk apa,
mungking sebagai tempat pemandian ratu-ratu kerajaan dahulu, mungkin.
:D. Sekarang dihuni beberapa ekor ikan hias dan sejenisnya.
Puas berkeliling candi, kami kembali ke rumah Santi. Memang
awalnya berniat langsung menuju Kediri. Tetapi berhubung situasi tidak
memungkinkan, kami sepakat mengurungkannya. Menunggu esok hari tuk
melanjutkan jalan-jalan ke Kediri. Ada yang menarik saat kami mampir
makan di warung makan Ibuk T*, di Karangsono, Kecamatan Kanigoro. Bagi
kami berlima itu merupakan yang pertama kalinya, tapi tidak bagi Saufan
yang sudah pernah makan di sana sebelumnya.
Konsepnya plasmanan, dan yang menambah sedikit berbeda dari warung
pada umumnya yaitu pengunjung dibebaskan makan sepuasnya, dengan porsi
nasi banyak sekalipun, dan lauk apa saja, bebas. Karena tetap saja
dihitung satu porsi, harga sama. Selama muat dihabiskan mungkin
diperbolehkan, tapi gak mungkin juga kuat, hhaha. Setelah mengetahu hal
itu, kami banyak sekali ngambil lauknya yang tentunya berbeda-beda. Kami
bergerutu, kalau saja ini ada di Malang. Habis dihajar anak kos seperti
kami misalnya :D. Mengingat harga seporsinya dipatok hanya Rp. 8.000,-
saja *bukan promosi :P
Sesampainya di rumah Santi, kami istirahat,
kurang lebih 30 menit. Setelah itu saya, Yosef, dan Bagus, menuju rumah Safuan.
Kami bertiga akan numpang di sana. Sungkan apabila bermalam di rumah Santi,
selain itu berhubung di rumah Safuan kosong, sepi. Karena, orang tuanya bekerja
di negeri tetangga, sedangkan adik perempuannya kuliah di Malang. Jadi ia hanya
tinggal seorang diri. Ok, opsi yang bagus, bukan?, lebih bebas dan bisa
jumpalitan. *ups
Pukul 20.22 WIb kami bertiga sampai di rumah Safuan. suasananya sepi sunyi, dan rumahnya besar sekali, halamannyapun luas. Saya
tidur di kamar tamu, bertiga sekaligus. Kamarnya cukup luas, jadi kami masih
bisa jumpalitan secara bersamaanpun *aih.
Tapi sayang, saya susah tidur, mata susah dipejamkan, ada saja yang dipikirkan.
Saya memang susah betah jika berada di lingkungan baru. Ada juga perasaan
takut, pikiran parno selalu menggangu malam saya saat itu. Uring-uringan dulu
sebelum tertidur. Sementara Yosef dan Bagus terlihat nyenyak sekali tidurnya. Ah,
kenapa saya tak bisa seperti mereka!.
KEDIRI
Keesokan harinya, dimulai sejak pukul 10.11 WIB
kami pergi ke Simpang Lima Gumul (SLG), dan menjadi tujuan terakhir wisata sederhana
kami. Dalam perjalan agak menghawatirkan, karena cuaca terlihat sedikit
mendung. Ini yang paling saya takuti, kemungkinan turunnya hujan. Karena, saya
nggak membawa (gak punya) mantel, huahaha.
Simpang
Lima Gumul (SLG)
Monumen simpang lima Gumul (SLG) dibangun dan
diresmikan pada era pemerintahan Bupati Sutrisno, pada tahun 2008.
Terletak
di desa Tugurejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri. Sebuah monumen yang
menjadi landmark dari kabupaten Kediri.
Monumen Simpang Lima Gumul merupakan titik pertemuan dari lima jalur sekaligus, sesuai nama bangunan tersebut yang terselip angka "Lima". Yah, kelima jarur itu, menghubungkan beberapa wilayah sekitar Kediri, yaitu: Malang dan Plosoklaten dari arah timur, Kota Kediri dari arah barat, Blitar dari arah selatan serta Jombang dari arah utara.
Pada setiap dinding monumennya terpampang jelas
relief yang terukir sangat besar ukurannya. Terdiri dari enam belas relief di
keseluruhan sisinya, kalau tidak salah hitung. Diantaranya berkisah tentang
keragaman agama, tokoh pahlawan, kraton, masyarakat dan sebagainya.
Menceritakan sejarah dari kabupaten Kediri di kehidupan masa lampau.
*) tinggi sekali bangunannya
Bangunannya
berdiri kokoh dan megah sekali, pemandangan yang sangat menawan. Apalagi
di malam hari sepertinya akan jauh lebih indah. Dengan sorotan lampu di
setiap sisinya. Hanya saja kami berkunjung di waktu sore hari,
sehubungan dengan waktu yang tidak lagi banyak dimiliki. Tapi tetap saja
keren, letaknya yang cukup staregis berada di simpang lima. Menjadi
kawasan yang selalu ramai dilewati berbagai jenis kendaraan dari
berbagai tujuan. Penataan pepohonan setiap tepi jalan menambah keindahan
kawasan SGL.
*) Inilah kami, lengkap berpose :D
Secara keseluruhan
jalan-jalan kemarin sangat menarik dan menyenangkan sekali. Kami semua
tidak akan pernah lupa. Tentunya akan sangat membekas diingatan. Banyak
sekali momen-momen terbaik yang dilalui. Mewakili ini, kami sedikit
berbagi cerita. Tidak ada unsur untuk eksploitasi. Sederhanya ingin
mengajak untuk tidak melupakan tempat-tempat wisata sejarah yang ada di
Indonesia. Di tempat lain masih banyak sekali peninggalan yang menjadi
bukti dari salah satu terbentuknya Negara kita tercinta. Cintai bangsa
ini, jangan pernah lupakan sejarahnya :)
Terima kasih untuk
Santi dan Keluarga, sudah menjamu kami dengan sangat
baik. Tak lupa juga untuk
Safuan, yang sudah menyediakan tempat bagi
saya,
Yosef dan
Bagus, untuk bermalam di rumahnya. Matur sembah nuwun
sanget :). Baru sempat saya ulas, kemarin setibanya di kos gak lama
setelahnya langsung tepar. Pada remuk ini badan, tapi puas kok, puas
sekali :)
Sabtu, 09 November 2013
/
/
Label :
Jalan-jalan
Cah kediri tho bos? Aku juga baru dari SLG sama tempat2 yg disebutkan di atas. Btw, postingan yg labelnya jalan-jalan kok gak ada postingan baru nih? :)
BalasHapusMbonten, Mas. hhehe. waktu itu kami jalan-jalan saja ke sana, hehe. wah gitu, asik yah di sana. hhehe, nggak semua dituangkan di sini :D
Hapus