Akibat mengabaikan Bis Ekonomi

Selamat pagi, Malang :).
Hawa dingin khas Malang sudah kembali menyapa tubuh saya, hingga menusuk ke tulang (alah, Cho). Dingiiiiiiin. Iyah, begitulah yang saya rasakan ketika pagi hari pukul 07.05 WIB tiba di Malang. Mungkin karena kemarin selama di Madura yang notabene udaranya panas dan sangat jauh berbeda dibandingkan di sini. Tapi saya suka Madura. I Love Madura *Eh, apa sih, Cho!.

Alay dikit, ketimbang saya dideportasi dari sana, hahaha. Oh iyah, mengenai perjalanan ke Malang, puji syukur sampai di kosan dengan selamat. Meskipun ada sedikit kendala dan mengakibatkan adanya kemunduran waktu keberangkatan dan tibanya. Banyak pula kejadian lucu yang saya alami. Lucu?, iyah. Sudah, diiyakan saja anak ini.

Jadi begini, saya berangkat dari rumah pukul 23.38 WIB. Jam segitu memang sering saya pilih untuk berangkat menggunakan Bis malam. Sudah termasuk perhitungan waktu yang paling tetap. Karena paginya sudah bisa sampai di Malang. Kalau agak mundur, bisa-bisa tiba dini hari sekali. Tentu akan susah dapat angkot. Sedangkan untuk naik Taxi perlu merogoh ongkos lebih. Mendingan ngangkot, jauh dekat Rp. 3.000,- doang :D. *Curhat.

Kebanyakan saya naik Bis di terminal langsung, atau kalau ada Bis yang sudah ngetem di pertigaan Pos polisi yah naik di sana. Asalkan itu Bis Patas, bukan Ekonomi. Sebenarnya bisa saja jegat di jalan raya. Soalnya rumah saya berada di sebelah selatan Terminal Arya Wiraraja Sumenep. Kalau dari rumah mungkin sekitar 1,5 sampai 2 km. Tapi saya lebih suka ke terminalnya langsung. Bisa memilih kursi duduk paling pewe dan terhindar dari kursi duduk yang tersisa. Hhehe.

Malam itu saya diantar sama Anggik menggunakan motor. Sebelum berangkat, ia tak lupa menanyakan dan memastikan barang bawaan saya, apakah sudah masuk semua ke dalam tas, atau belum. Selang beberapa saat, saya bilang “Sip, lengkap semua”, sambil memastikan kunci kos yang ada di dalam tas, bagian depan. Dompetpun sudah ada di kantong belakang celana saya. Sedangkan hp, saya pegang sembari dipakai untuk ngabari kepada kedua orang tua (pamitan).

Perjalan menuju terminal sudah terlewati setengah, saya baru ngeh, kalau ada barang yang tertinggal di kamar, ihihihi. Lah, saya waktu itu hanya lebih memastikan dompet, hp. Terutama juga kunci gerbang dan kamar kos. Karena ketiga barang tadi yang paling penting dan sangat dibutuhkan nantinya. Tapi yah gak disangka, ternyata ada barang yang belum saya masukkan di kamar. Seingat saya ada di atas printer.

Haha, bukan barang yang penting sih. Hanya berupa memory card sama card readernya. Alah, Cho, paling isinya Virus Shortcut doang, haha. Maklum, saya sekarang gak pegang flashdisk. Jadi selama satu semester kemarin saya menyimpan data kuliah dari di komputer lab, Kampus, menggunakan itu. Soalnya banyak nasib dari flashdisk saya yang berakhir mengenaskan. Daripada memakai hdd eksternal, terlalu besar fisiknya. *ah, lupakan

Ok lanjut...
Menyadari akan hal itu, jadi kami mutar balik dulu dan mengambil barang saya yang tertinggal. Waktu banyak terbuang dan semakin mendekati ke jam dua belas tengah malam. Kalau tidak salah lihat, sudah pukul 23.46 WIB. Pada saat melintasi daerah Gunggung. Terlihat dari arah berlawanan ada Bis Ekonomi yang tiba-tiba mengentikan lajunya. Huah, ada apa?.

Eng, mungkin supir Bisnya mengira saya akan ikut naik bisnya. Bisa jadi. Lantaran melihat saya sedang dibonceng sambil menggendong tas dan berpenampilan layaknya akan bepergian jauh. Lengkap dengan jaket dan sepatu. Tapi saya enggan, karena masih berharap di terminal sana ada Bis Patas yang bisa dinaiki. Paling mereka saling bergerutu yah, ngomongin saya. hehe. Sudah inisiatif berhenti, dan nunggu saya. Eh malah diabaikan.

Saya terus noleh ke belakang, melihat Bis yang berhenti tadi. Entah apa yang ada dalam benak Supir Bisnya. Mungkin sedikit jengkel yah. Sudah ditunggu-tunggu, malah gak nyamperi. Maaf, Pak Sopir dan Kondektur, saya naik bis yang di belakang saja yah. Hhehe. Jadi saya tetap diantar sampai ke terminal, soalnya di Pertigaan tidak ada Bis Patas yang ngetem.

Dari jarak pandang ±20 meter, sudah bisa terlihat terminalnya. Apalagi lokasinya yang dikelilingi hamparan sawah. Eh tapi, saya perhatikan kok tidak ada Bis yang lampu depannya dalam kondisi menyala, yah?. Artinya Bis-bis yang berserakan itu tidak dalam kondisi akan berangkat. Hua, perasaan tidak enak saya mulai muncul. Jangan-jangan itu yang terakhir, yah?. Semoga saja tidak.

Saya lantas tanya ke salah satu petugas di sana. Menurut beliau, Bis tadi (yang saya abaikan) itu yang terakhir untuk hari itu. Dan kekhawatiran saya terbukti, YES! (lah kok malah senang, sarap). Katanya baru ada lagi pukul 00:30 WIB dari Kalianget –pemberhentian terakhir setelah terminal Sumenep. Itupun Bis Ekonomi juga. Haah?, jadi jatah untuk Bis Patas sudah pada berangkat semua. Lah, kalau tahu gini mah mending naik Bis tadi saya yah. Toh Bis berikutnya yang siap berangkat juga Ekonomi.

Kemudian Anggik bermaksud mengejar Bis tadi. Ho’oh, kami sebenarnya juga kurang yakin akan mampu terkejar, huhaha. Tahu sendiri yah, laju Bis malam seperti apa. Belum lagi jalan yang dilalui tadi berupa jalur bebas. “Gas pol!. Ayok masih nutut” menurutnya dengan percaya diri. Entah, mungkin dia ingin menghibur saya saat itu. “Iyah, sudah coba. Untung-untungan, hhehe.”, Jawab saya. Batin saya tetap gak yakin, hhaha.

Alhasil, bisa dibayangkan laju motor matic yang kami kendarai. Wuueesss, ngepot sekali. Untungnya jalan raya jam segitu cukup lengang. Hanya ada beberapa mobil dan motor saja yang kami salip. Mata sampai perih, gak jauh beda seperti sedang ngupas bawang merah, berair. Soalnya kami berdua sama-sama tidak mengenakan helm, hihihi. *Jangan ditiru. Mungkin kalau diperkirakan sudah menempuh jarak 3,5 km. Sepanjang jalan yang kami laluipun tidak nampak Bis tadi. Sepertinya sudah tertinggal jauh sekali.

Jadi kami mutar balik lagi menuju Terminal, dan saya bermaksud naik Bis yang berikutnya saja. Soalnya kalaupun nunggu Patas, masih nanti jam tiga dini hari. Berarti ngundur lama sekali untuk waktu keberangkatan. Oh tidaaaak!. Bisa ketiduran nunggunya. Eh iya, itu tiga unit Bis Patas kok dibiarkan terparkir manis doang yak?. Berangkat dong, hhaha *Ngarep itu :D.

Setelah menunggu setengah jam, Bis berikutnya datang. Tanpa menunggu lama lagi, saya langsung naik ke dalam. dan memilih kursi duduk sebelah kiri. Karena formasi tempat duduk untuk Bis Ekonomi ialah, kanan tiga, kiri dua. Jadi saya milih yang sebelah kiri, nomor lima dari depan. Soalnya yang lain sudah ada yang nempati. Kalau yang sebelah kanan banyak, tapi nanti berbagi duduk bertiga agak gimana gitu. Istri satu saja cukup, kalau dua belum tentu mampu membahagiakannya *Eh, apa ngomong apa ini? *Jedotin kepala ke kaca.

*) Taraaa, sempat jempret Bisnya dari tempat duduk saya

Nunggu Bis berangkat dari terminal agak lama. Belum lagi ditambah ngetemnya di pertigan Pos Polisi. Setelah waktu menunjukkan pukul 01.03 WIB, Bis berangkat dari Sumenep. Alhamdulillah, masih bisa berangkat, meski rada mundur dari target sebelumnya. Yah lumayan, setidaknya tanpa perlu nunggu jam tigaan nanti.

Seperti biasa, selama di Bis lebih banyak dipakai untuk tidur – setelah menunggu pembayaran karcis selesai. Tapi sempat kaget dan terbangun. Saat ada benturan keras sekali, sampai-sampai Bisnya getar. Sepertinya habis melewati jalanan berlobang. Entah tepatnya di daerah mana, saya kurang tahu. Lawong saya dari tadi asik tidur, hhaha. *Jedotin kepala lagi ke kaca. Penumpang lain juga terlihat sama kagetnya. Asli, keras sekali benturannya.

Sesampainya di terminal Pamekasan Bis kembali ngetem. Dari sekian Kabupaten, Bis dari Sumenep biasanya hanya ngetem di terminal Pamekasan saja. Sedangkan di terminal Sampang dan Bangkalan, tidak. Dan saat itu saya melihat jam sudah menunjukkan pukul 02.05 WIB. Selang setengah jam, perjalanan selanjutnya akan dimulai lagi. Tapi ada ganjelan, Bisnya mogok. Mesin mati setelah gas pertama dilakukan.

Mungkin saja dikarenakan terjadi benturan tadi, yah?. Tapi puji syukur gak berselang lama bisa nyala kembali. Yihaaa, lanjuuuuuut. Maksudnya lanjut tidurnya juga, huhaha. Bis malam tarif Ekonomi bisa melewati Suramadu. Kalau tidak keliru, hanya berlaku mulai dari pukul 17:00 WIB sampai 06:00 WIB. Selebihnya tetap melewai Perak dan Kamal, dengan menyebrang menggunakan Kapal Laut.

Nah, apesnya si Bis kembali macet sodara-sodara. Benar, setelah selesai melewati gerbang loket pembayaran tol Suramadu. Hua, gejala sama muncul lagi. Tapi kali ini jauh lebih lama proses perbaikannya. Adu, ini sudah mau masuk jembatan Suramadunya, tepatnya di sebelah jembatan layang besar itu. Tapi belum masuk ke jalur roda empat – Suramadu sendiri terbagi menjadi dua lajur, jalur samping khusus untuk roda dua, dan jalur tengah untuk kendaraan roda empat.

Pikiran sayapun menalar gak karuan. Jadi ingat film “Final Destination 5. Di mana kejadian tragis menimpa bus interline city yang ditumpangi Nicholas D'Agosto (pemeran Sam dalam sekuel film Final Destination kelima itu). Ngeri kalau sampai ambruk juga. Beruntung saja saya gak memiliki penglihatan seperti Sam. Begitu juga Bis yang kami tumpangi belum berada ditengah-tengah. Ah, abaikan. Khayalan buruk saya terlampau jauh. Ampuun, sangat-sangat gak mengharapkan itu, hehehe.

Sementara sudah jam 04.10 WIB, Bis masih belum bisa nyala. Jam segitu biasanya saya sudah berada dalam Bis di terminal Bungurasih, Surabaya. Baru setelah lima belas menit berlalu. Bis bisa nyala lagi, Alhamdulillah. Yuk, lanjuuuutt.. hua lanjut tidur lagi, hhaha. Selang satu jam, Bispun sampai di Terminal Bungurasih pada pukul 05.12 WIB. Setelah ke toilet sebentar, saya langsung menaiki Bis jurusan Malang.


*) Sempat jepret juga, mumpung masih agak sepi :D

Untuk tujuan Malang, saya naik Bis Patas PO. H*fana. Singkat cerita, saya tiba di Malang seperti yang telah disampaikan di atas, pukul 07.05 WIB. Turun di Taspen, dan melanjutkan perjalanan menggunakan angkot jalur AT (Arjosari - Tidar). Kemudian turun di dekat Rubelan atau depan SD Percobaan. Tak lupa mampir beli makan, hhaha. Kena perjalanan jauh perut minta dimanja dulu. Dan terhitung pukul 07.58 WIB, saya benar-benar menginjakkan kaki lagi di kosan tercinta. Alhamdulillah.


Iyah, meski ada hambatan dan kejadian yang sempat menimpa Bis jurusan Sumenep Surabaya, yang saya tumpangi. Begitu juga dengan waktu kedatangan, biasanya jam enaman sudah sampai Malang, tapi hari ini ngaret sampai jam tujuan. Tapi tetap saja, sejauh itu perjalanan cukup menyenangkan. Puji syukur, tidak sampai mengalami kejadian yang berbahaya, tidak ada. Terima kasih Ya Tuhan. Sudah melindungi perjalanan kami dan memberi kesan berbeda khususnya untuk saya pribadi :).

***
Andaikan saja supir dan kondektur Bis yang saya abaikan tadi membaca ini. Dipastikan mereka tertawa puas sekali yak. Belum lagi ditambah kejadian yang menimpa Bis yang saya tumpangi. Paling tambah ngeledek saya habis-habisan, Hhaha. Sok ngabaikan, pada akhirnya juga naik Bis Ekonomi. Ataukah jangan-jangan mereka menyumpahi saya yang buruk-buruk yah?, haha bercanda. Beginilah akibat mengabaikan Bis Ekonomi sebelumnya itu. Hhehe :D

Pesan saya bagi yang membaca ini, tolong dirahasiakan yah. Mohon dijaga dan jangan sampai mereka tahu. Hhaha :P. Eh iya, ngomong-ngomong kalian pernah nggak, mengalami kejadian yang berhubungan dengan Bis?, cerita-cerita dong :D *ngarep.


Richo A. Nogroho
Malang, 08 April 2014
Hai, sudah baca yang ini?

34 Komentar. Tambahkan juga komentarmu »

  1. Alhamdulillah..
    Apapun kendalanya, yang penting selamat.
    Eh, apa kabar Madura?
    Musim apa?
    Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Puji syukur, mas. selamat sampai tujuan, alhamdulillah :)
      Aman sentosa, hihi. tapi cuaca lagi panas-panasnya, mas . terakhir sebelum balik petani lagi panen padi, dan sebulam sebelumnya musim Srikaya, mas. terutama di daerah Bluto dan Sera :D

      Hapus
    2. Hey... Saya datang lagi membawa semangat pagi.
      Sambil menikmati Srikaya..
      Hahaha

      Salam..

      Hapus
    3. Saya datangnya telat, siang hari, hhaha
      Wah, tak sare tero kia, Mas, ngaloduk eber :D

      Hapus
  2. Kena kutuk tuh, Bang! :p
    Lagian supirnya sengaja berhenti trus nungguin malah terus aja.. Dasar..

    Tapi syukur lah nyampe Madura dengan sehat dan selamat ya.
    Kasihtau donk gimana cakepnya Maduraaaa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha, kalau gitu sudah kayak FTV, kutukan jomblo atau urusan cinta, hhaha.
      Hihi, saya berharap naik yang di belakang lagi, mbak. nggak tahunya gitu :D

      Eh, sebentar, nyampe Madura?, saya kan dari Madura ke Malang, mbak. wo, kebanyakan main sama Kuro nih, saya gak diajak-ajak, haha :P. tapi alhamdulillah, selamat sampai tujuan, mbak. Em, cuakep beud pakai bingit kalau kata anak muda sekarang, hhaha *promo :D

      Hapus
    2. Waaa.. Kirain dari Malang ke Maduraaa.. :D *tutup muka pake bantal*

      Aku belom pernah ke daerah Jawa sih. Heheh.. Kasian ya? :p
      Kalo harga apel di Malang murah apa mahal, Bang?

      Hapus
    3. Yehehe, bacanya loncat-loncat yah, hhaha. *ciekin * main sama Kuro :P

      Wah, ayu sekali-kali mampir ke sini, mbak. nanti tak ajak jalan-jalan, haha.
      Murah aje, saye jual "dua singgik.. dua singgik", haha. di sini banyak kebun dan penghasil apel, mbak. disebut kota Apel juga, jadi harga bisa dikira-kira, dibandingkan yang lain. soalnya gak tahu harga apel sekarang :D

      Hapus
  3. Ndak apa-lah...namanya juga ngarep yang lebih baik. Jadi inget seorang teman etnis CHinese menasehati saya tentang jodoh, menunggu jodoh itu seperti menunggu bis di pemberhentian kita mengabaikan yang lain dengan harapan mendapatkan yang lebih baik tapi ternyata yang di belakangkanya gak cukup baik.

    Akan tetapi sebuah iklan mengatakan, keputusan salah terkadang membawah kita ke hal yang benar, he he he

    Saya paling inget film final destination kalau liat jembatan he he he

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhehe, iyah, soalnya juga perjalanan yang memakan waktu tempuh kira-kira 3 ½ jam lebih, untuk sampai terminal Bungurasih saja. wah, gitu. kalau kalimat seperti itu juga mirip seperti film 'Pocong Juga Pocong", banyak perumpanaan mengenai cinta dan angkot, seperti "Cinta itu Kaya Angkot. Walaupun kita sudah nunggu lama dan antri, tapi belum tentu dapet. Cinta itu Kaya Angkot. Walaupun kita udah kejar-kejar tapi sekalinya dapat salah jurusan. Kalau sudah di dalam, bisa di duain, di tigain, di empatin", hehe. atau itu juga mirip dengan film First Kiss yang Thailand, juga begitu yang dialami Sa, pemeran utama perempuannya. tapi lebih tepat yang ini, soalnya bukan angkot, tapi juga Bis :D.

      Haha, saat saya masih di rumah juga pernah lihat iklan itu, hihi. iklannya *, sensor ah :D. kalau yang kasus saya, membawa ke pengalaman yang tak akan terlupakan, hohoho.

      Wah, tapi jangan sampai berfikiran aneh-aneh seperi saya yak, hehe. jadi parnoan kalau gitu :D

      Hapus
  4. meskipun demikian..yg penting kan bisa tiba kembali di kos2an dengan selamat....tenang saja nggak ada yg bakalan ngeledek atau yumpahin....apalagi awak bus yg sudah dicuekin itu...palingan mereka berdoa...agar kejadian itu cukup sekali saja.......... kalo soal kejar2an busa dengan motor matic..aku juga pernah alami wkt di jakarta..kejar2an dengan bus bandara..... keep happy blogging always...salam dari Makassar :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyah, Om. puji syukur bisa tiba dengan selamat sampai kosan. hhehe, kalau yang itu saya bercanda, hhehe. saya juga yakin mereka tidak akan nyumpahin buruk seperti itu. kata sumpah saya gunakan untuk menghakimi saya sendiri, karena sudah mengabaikan Bis itu, hhehe.

      Wah begitu yah, Om. tapi akhirnya bisa kekejar kan, Om?. matic enaknya kalau lurus-lurusan, cepat lajunya, hhehe. terima kasih, salam juga dari Malang, Om :)

      Hapus
    2. kalo pake sepeda
      gak ke kejar ya bang Har..hehe

      Hapus
    3. Hhaha, gowes sampai pedal copot juga yah, tetap usah :D

      Hapus
  5. Alhamdulillah...yampe juga...
    pernah, bis yang gue tumpangi mogok 2 hari dihutan belantara kalimantan, hi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, sampai dengan selamat, mas :)
      Wuadu, mogok di hutan, sampai dua hari lamanya, mas. kalau penumpangnya rame masih mendingan yah, repotnya sepi itu. ngeri kalau digondol makhluk hutan, hhehe.

      Hapus
  6. Alhamdhullilah selamat sampe rumah lagi mas. Aku pas ke Madura bulan lalu baru nyampe Bangkalan mas. Ke Sampang sih pengen liat Pantai Camplong, udah sampe sana eh lagi surut.. pantai tanpa air judulnya :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, mbak. selamat sampai kosan lagi :)
      Waha, yang beli menu bebek itu yah, mbak?, hhaha. waktunya kurang pas yah. lain kali main-main lagi, mbak. sampai ke Sumenep juga :D

      Hapus
  7. waah,,,pulang kampung nggak ngajak-ngajak,,,pasti senang ya,,,btw nggak golput kan tgl 9 April nya???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha, pulang kampungnya sudah lama, mbak :D. alhamdulillah, senang sekali kemarin selama berada di rumah. tanggal segitu saya di kosan saja, mbak *kabur, hihi.

      Hapus
  8. tapi bersyukur masih bisa tiba dengan selamat, kan... :D
    yah... walau waktunya jadi molor...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Puji syukur sekali, mas. sampai dengan selamat. iyah, hanya waktunya yang jadi molor. gak seperti biasanya. tapi menyengkan :D

      Hapus
  9. malah ada hikmahnya bis mogok mas,setidaknya simas dapat ide untuk menulis artikel ini.hehehe

    ngomong2 ini reng sumenep yah,dokremah beres kabih reng disah?sengkoq nik sekonik bisa ngocak medureh,jok agelek yekak.kwkkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, Om. alhamdulillah, banyak dapat pengalaman atas kejadian itu. hehe, sesak di kepala, tak tumpahkan saja :D

      Haha, enggih, Om. kaule oreng Sumenep. alhamdulillah, eparengi beres. panjenengan ampon pernah ka Madure, Om? :D

      Hapus
    2. enjek,tapeh sabena benyak tangkanca oreng mekasan cak'an kecamatan waru.jauh ya dari sumenep,sengkoq takbisa tak pelak ngocak sealus,setiyah cak medureh benyak se klupaen,polana didinak tak tuman abentah bik reng medureh.hehehe

      Hapus
    3. Oh, Pamekasan. kaule kurang oning jugen, Om daerahna, hihi. enggi pade bei, caporan kita, hehe. besa Enggi Bunten kurang oning, kabenya'an nganggui besa Enjek Iye :D. tapi tar masok bisa panjenengan, Om :)

      Hapus
  10. Saya suka his ekonomi ga dingin hehe

    Baru tahu perbedaan bis ekonomi dan patas disini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, ditutup saja pendinginnya, mbak :D
      Haha, lebih tepatnya untuk postingan saya satunya yah, hihi.

      Hapus
  11. Dilihat dari warna alamnya sepertinya perjalanannya cukup panjang ya Mas Bro? Btw, saya pernah ke Madura waktu mengikuti kegiatan Rakernas Relawan TIK Indonesia tahun lalu di Surabaya. Tapi hanya nyeberang jembatan Suramadu habis itu singgah ke pasarnya dan langsung balik ke Surabaya. Meski hanya singgah sebentar yang pasti sudah pernah ke Madura kan, hehehehe... Salam hangat dari Borneo... :-)

    BalasHapus
  12. Berhubung saya Sumenep dan tujuan Surabaya (tujuan akhir Malang), jadi paling lama dari ketiga kabupaten lainnya yang ada di Madura, mas. soalnya Sumenep paling ujung dan kurang lebih memakan waktu 3,5 jam perjalanan. wah, begitu. jadi sampainya di Bangkalan saja yah, mas. heheh, benar, sudah masuk Madura. ngerasakan lewat Tol/Jembatan Suramadu. hehe. wau, Borneo?, dapat teman yang jauh, salam juga mas, salam dari Malang :), terima kasih kunjungannya :))

    BalasHapus
  13. Saya punya rencana berkunjung ke rumah teman-teman di Madura. Tapi melihat kondisi bus yang seperti di atas kok bikin miris, ya. Tapi enggak semuanya begitu, kan?! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyah, kah?, ke daerah mana, mas?
      Wahaha, tenang, mas. menurut saya meski yang Ekonomi masih layak pakai, kok. perbandingan dengan Bis Patas memang jauh, coba perhatikan yang Patas. kalau mas gak ingin yang Ekonom bisa naik yang Patas :)

      Hapus
    2. Banyak, Mas. Inginnya ke semuanya—Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep—kalau ada waktu.

      Hapus
    3. Wua, semua kabupaten disambangi. sip, deh. ke Sumenep disempatin dong, mas. di sana banyak wisata, karena memang dari sekian kabupaten, Sumenep dikhususkan untuk pariwisata. wisata religi juga ada, Asta Tinggi, kerator, museum, pantainya juga, kayak Lombang, Slopeng.

      Hapus