Selamat Hari Ibu, bagi semua ibu kita
tercinta, dan untuk calon-calon ibu di kemudian hari. Masih ada
kaitannya dengan seminar yang saya hadiri di gedung Widlok tadi yang
berakhir sekitar pukul 14.38 WIB. Yaitu, acara Talk Show dan Bedah Buku
yang diprakarsai oleh Program Kedokteran Hewan (PKH) Universitas
Brawijaya Malang. Dalam rangka Hari Ibu
Acara yang dimulai sejak pukul 08.30 WIB, terdiri dari tiga pemateri.
Pembicaranya tidak kalah mengagumkan, pertama Ibu Septi Peni
Wulandari. Luar biasa, ketiga anaknya sukses di usia muda. Bahkan di
antaranya tanpa melalui sekolah formal, tetapi bisa berkuliah di luar
negeri tanpa ijazah pendidikan Indonesia. Saat ia (anaknya) masih usia
15 tahun dan menyandang gelar Sarjana di usia 18 tahun.
Beliau
menyadari kami betapa pentingnya peran seorang Ibu. Metode yang
digunakan customize dalam mendidik anaknya secara total. Empat point
yang saya catat di antaranya: Iman, Akhlak, Adab dan Bicara. Tidak
diragukan lagi kesuksesan mendidik anaknya dengan pendekatan sesuai
pasionnya. Sehingga, mengarahkan sesuai minat dan bakat si anak. Banyak
sekali penghargaan yang beliau peroleh. Sungguh menginspirasi.
Masih dengan moderator yang sama, oleh mbak Gita Hapsari. Sekaligus sesi
yang juga bersamaan, menampilkan pembicara kedua. Dia adalah Yohanna
X-Factor beserta Ibundanya, ibu Denok Sri Suryantina. Kali ini kisah
yang mengharukan, yang mana kita tahu Yohanna mengalami (maaf) gangguan
pada penglihatan.
*) Ibu Septi Peni
Wulandari (krudung orange) dan Yohanna (baju abu-abu)
Ternyata dia dulunya terlahir normal, namun
ketika duduk di bangku SMA dan akan sedang menjalani UAS. Tepatnya tahun
2009, dia mengalami gangguan pada bola matanya. Alergi terhadap sinar
matahari, cepat memerah dan semakin lama, penglihatan semakin menurun.
Sehingga pada akhirnya difonis oleh dokter buta seumur hidup.
Ketika kenyataan dia harus seperti itu, hal pahit juga dia peroleh
dengan mulai dijauhi teman-temannya. Hingga ditinggal pacarnya menikah.
Dia sempat berontak, bahkan pernah meminum parfum yang mengakibatkan dia
harus berurusan dengan dokter. Untung tidak terjadi hal yang fatal.
Pada akhirnya dia mulai menyadari tindakan konyolnya tersebut, ternyata
salah.
Di saat tidak banyak yang peduli akan kondisinya, dia
bersyukur masih memiliki ibunda yang senantianya memberi dorongan dan
semangat. Tidak pernah mengucilkan atapun meninggalkannya seperti orang
di sekitarnya. “Ayo kamu semangat, tunjukkan kepada orang yang menghina
kamu..” ibundanya mengatakan hal demikian.
Meski memiliki
keterbatasan penglihatan. Dia tetap mampu menunjukkan prestasi. Semua
berkat tekat dan semangatnya, yang semua itu tidak lepas dari peran dan
dorongan ibundanya. Maaf, saya tidak bermaksud memaparkan
keterbatasannya, maaf. Hanya ingin kita melihat sekaligus belajar dari
kisahnya dan lebih menghargai diri sendiri, dengan senantisa bersyukur.
Setelah sesi tanya jawab, diakhiri dengan perfom dari Yohanna.
Menyanyikan lagu yang berjudul “Bunda”, keren suaranya. Selain itu ada
penampilan dari yang menamakan kelompoknya “NOAH” (Nasid Of Al-Hadist),
hhaha, menghibur juga. Kocak habis, meski yang dibawakannya bernada
Islami, tapi gokil, canda guraunya. Membuat ruangan penuh tawa :D
Masih ada pembicara terakhir, dia adalah penulis yang selalu saya
kagumi. Yah, Tere Lie. Ampun, tidak ada habisnya kalau berbicara
mengenai bang Tere. Keren, bahasannya selalu mengena sekali, jleb. Buku
yang menjadi topik ulasan ialah “Semoga Bunda Disayang Allah”. Jujur,
saya pribadi belum membacanya. Tiga buku bang Tere yang saya punya,
tidak termasuk itu.
*) Ini yang ditunggu-tunggu :)
Dari pemaparannya, berkisah tentang
pengorbanan seorang ibu yang berjuang untuk anak-anaknya. Selebihnya
sudut pandang beliau mengenai ibu. Wih keren, lagi-lagi, K-E-R-E-N.
seperti biasa, beliau tidak lupa dengan ceritanya, tadi mengenai
“Ubasuteyama”. Salah satu gunung di luar, tempat pembuangan nenek-nenek,
tradisi setempat. (kalau diulas, panjang).
Di lain itu, tiga
sajak yang beliau bacakan sangat dalam akan makna, membuka mata hati
saya. Sungguh, betapa luar biasanya peran seorang Ibu. Eh,
sampai-sampai, cewek (yang tak saya kenal) di sebelah saya menangis.
Bukan hanya berkaca-kaca, iyah tapi menangis, asli. Tetesan air matanya
yang jatuh terlihat jelas. Sesekali dia tersenyum haru, he..
Setelah itu menyampaikan lima point, kalau saya tuliskan akan panjang.
Pokoknya tetap angkat topi untuk bang Tere, tetap gak akan selesai kalau
membahasnya. Paparannya yang lugas dan cerdas, terlebih selalu saja
mengena. Gak pernah bosan mendengarkan beliau berbicara di depan:)
Semua sesi saya suka, mulai dari pembicara pertama, kedua sampai ketiga
(terutama). Tidak ada yang membuat boring dan jenuh. Meskipun topik
yang diusung bertolak belakang dengan kodrat saya sebagai laki-laki dan
peserta seminarnya mayoritas (90% wanita, laki-laki masih bisa dihitung
jari, hho). Puji syukur, itu tetap saja memberikan inspirasi dan membuka
pemahaman baru untuk saya, mengenai sosok Ibu.
Sedikit saja dari saya,
Kita tahu, tak akan pernah cukup kata, kalau kita membahas peranan ibu
dalam kehidupan kita. Tak akan pernah cukup. Betapa banyak kasih sayang,
waktu, tenaga, upaya yang telah beliau berikan kepada kita. Jika kita
bisa menyebutkan, itu mungkin hanya sebagian kecil saja. Sayangi beliau,
selalu. Jangan memberi batasan yang mengikat.
Tunjukkan,
selagi kita masih punya kesempatan. Jangan menutup mata, jangan membuat
kila lupa diri, dan seolah tidak memiliki waktu untuknya. Berikanlah
waktu terbaik kita, karena kita tidak tahu. Bisa jadi itulah waktu
terakhir kita untuk mereka. Semoga Tuhan memberikan umur panjang pada
kedua orang tua kita. Agar kita memiliki cukup banyak waktu untuk
bersamanya. Amin Ya Rob. Sekali lagi, selamat hari Ibu
NB: mbak Mela, makasih banyak yah. Maaf sudah merepotkan :)
Minggu, 22 Desember 2013
/
/
Label :
Seminar
Belum ada komentar. Tambahkan Komentar »
Posting Komentar